PENERAPAN SISTEM KELAYAKAN DASAR PADA PENGALENGAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan yang semakin ketat dalam memenuhi tuntutan
pasar global, masalah keamanan pangan yang membuat konsumen semakin selektif
dalam memilih produk dan upaya menjaga kepercayaan konsumen pada suatu produk,
mengakibatkan perusahaan berusaha untuk selalu menjaga mutu produk yang
dihasilkannya. Upaya tersebut berupa sistem pengendalian mutu yang baik
terutama untuk produk-produk perikanan yang bersifat highly perishable seperti rajungan (Portunus pelagicus) yang permintaannya setiap tahun terus
meningkat. Berdasarkan data
Departemen Perikanan dan Kelautan (DKP 2005), ekspor rajungan beku sebesar
2.813,67 ton tanpa cangkang, dan rajungan tidak beku (bentuk segar maupun dalam
kaleng) sebesar 4.312,32 ton. Sebagai komoditi perdagangan ekspor
maka rajungan senantiasa dituntut memiliki mutu yang prima. Oleh karena itu
diperlukan suatu sistem jaminan, pengendalian dan pengawasan mutu hasil
perikanan.
Sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
merupakan salah satu sistem jaminan mutu dengan basis keamanan pangan, yang
menjadi acuan bagi industri pangan di seluruh dunia. Sistem HACCP juga merupakan salah
satu bagian dari sistem yang menyeluruh dalam prosedur pengendalian mutu dan
merupakan sistem yang tidak berdiri sendiri. Kelayakan dasar unit pengolahan
merupakan prasyarat (pre-requisite)
dalam pengembangan sistem HACCP. Penerapan sistem HACCP tidak akan efektif
apabila persyaratan kelayakan dasar unit pengolahan tidak terpenuhi. Selain
itu, juga diperlukan adanya komitmen dan dukungan manajemen serta sarana dan
sumberdaya manusia untuk menunjang penerapan sistem tersebut. Program kelayakan
dasar terdiri atas dua bagian pokok, yaitu GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) (Wiryanti dan Witjaksono
2001).
GMP (Good
Manufacturing Practices) adalah cara atau teknik berproduksi yang
baik dan benar untuk menghasilkan produk yang benar, memenuhi persyaratan mutu
(wholesomeness) dan keamanan pangan (food safety). SSOP (Sanitation
Standard Operating Procedure) adalah prosedur pelaksanaan sanitasi
standar yang harus dipenuhi oleh suatu unit pengolahan ikan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap produk yang diolah (Mangunsong 2000).
Program
kelayakan dasar erat kaitannya dengan mutu suatu produk seperti daging rajungan
kaleng. Apabila program kelayakan dasar telah dilaksanakan dengan baik, maka
penerapan sistem manajemen mutu berdasarkan HACCP dapat dilaksanakan dengan
efektif, sehingga diharapkan dapat menghasilkan daging rajungan kaleng yang
berkualitas dan mampu bersaing dalam pasar global.
1.2 Tujuan
Tujuan
pelaksanaan praktek lapangan ini adalah :
a) Mempelajari
proses pengolahan hasil perikanan khususnya pengalengan rajungan,
b) Mempelajari
penerapan kelayakan dasar (GMP dan SSOP) pada industri pengalengan daging
rajungan di PT X.
2. SISTEM KELAYAKAN DASAR
Kelayakan dasar (pre-requisite) merupakan aspek yang
harus dipenuhi agar penerapan sistem HACCP dalam industri pangan dapat berjalan
dengan baik dan efektif. Program kelayakan dasar berfungsi untuk melandasi
kondisi lingkungan dan pelaksanaan tugas serta kegiatan lain dalam suatu pabrik
atau industri pangan yang sangat diperlukan untuk memberi kepastian bahwa
proses produksi yang aman telah dilaksanakan untuk menghasilkan produk pangan
dengan mutu yang diharapkan (Winarno dan Surono 2004).
2.1 Penerapan Sistem Kelayakan Dasar
Kelayakan dasar (prerequisite) yang diterapkan oleh
PT X meliputi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good
Manufacturing Practices (GMP).
2.1.1 Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP)
Sanitation Standard
Operating Procedure (SSOP) adalah prosedur operasi standar untuk
sanitasi yang diperlukan suatu industri pangan dalam mengembangkan dan
menerapkan prosedur pengawasan sanitasi, melakukan monitoring sanitasi,
serta memelihara kondisi dan praktek sanitasi (Taheer 2005).
2.1.1.1 Lokasi dan lingkungan
PT X terletak
di Jalan Raya Juntinyuat Blok Kali (Sungai Gabus) RT 01 RW 01 Desa Limbangan,
Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Secara umum
lokasi lingkungan perusahaan sudah cukup baik yaitu perusahaan tidak berada di
daerah tempat pembuangan sampah, tidak dekat perkampungan yang padat penduduk
dan kotor, tidak di daerah kering dan berdebu, tidak dekat industri yang
menyebabkan pencemaran udara dan air, tidak dekat gudang pelabuhan dan sumber
pengotor lainnya sehingga tidak akan terjadi penularan dan kontaminasi terhadap
produk dan bahaya bagi masyarakat.
2.1.1.2 Denah konstruksi bangunan
PT X memiliki
luas lahan sebesar 2300 m2 yang digunakan untuk berbagai bangunan
fisik. Bangunan fisik pabrik antara lain kantor, ruang
proses, ruang mekanik, gudang kering, pos satpam, musholla, dan ruang
pertemuan. Layout dirancang oleh
perusahaan untuk dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang pada daging
rajungan dimana alur proses produksi dari awal sampai akhir berlangsung dalam
satu arah. Selain itu, alur proses produksi berbeda dengan alur pergerakan
karyawan. Layout perusahaan dapat
dilihat pada Lampiran 1.
2.1.1.3 Langit-langit
Bahan untuk langit-langit di ruang
proses merupakan bahan yang tidak rontok dan tidak berjamur sehingga dapat
mencegah akumulasi kotoran dan meminimalkan kondensasi serta mudah dibersihkan.
Kondisi langit-langit juga tidak retak, tidak bercelah, tidak terdapat tonjolan
dan sambungan yang terbuka, berwarna terang, tidak ada pipa-pipa yang terlihat
dan tinggi langit-langit 3 m.
2.1.1.4
Dinding
Kondisi
dinding di ruang proses produksi sudah baik karena terbuat dari bahan berupa
keramik berwarna putih yang mudah dibersihkan, rata dan tidak retak-retak.
Hingga ketinggian 1,2 m dinding ruang proses dibuat dari bahan yang tahan air
dan mudah dibersihkan. Dinding dibersihkan sebelum, selama dan setelah proses.
Pembersihan dilakukan dengan menyiram dinding dengan air, kemudian menyikat dan
membilasnya dengan air klorin berkonsentrasi 200 ppm sebagai pembilasan
terakhir. Pertemuan antara dinding dan lantai tidak membentuk
sudut. Pertemuan antara lantai
dan dinding serta dinding dan dinding mudah dibersihkan. Menurut Winarno dan
Surono (2004), bagian
dinding sampai ketinggian 2 m dari lantai harus dapat dicuci dan tahan terhadap
bahan kimia.
2.1.1.5 Lantai
Konstruksi lantai di ruang proses
terbuat dari bahan berupa keramik yang mudah dibersihkan, lantai dibuat miring
dengan derajat kemiringan sebesar 4˚ untuk menghindari adanya air yang
tergenang, pertemuan lantai dengan dinding tidak membentuk sudut atau siku.
Permukaan lantai halus tetapi tidak licin dan tidak kasar agar mudah
dibersihkan.
Lantai ruang proses dibersihkan sebelum,
selama dan setelah proses selesai menggunakan air bersih dan dibilas dengan
larutan klorin 200 ppm. Sebelum proses produksi dimulai, petugas sanitasi
menyiram lantai dengan air dan menyikatnya dengan sapu garuk karet untuk
menghilangkan bau klorin sisa pembersihan lantai kemarin. Selama proses
produksi berlangsung petugas sanitasi juga menjaga kebersihan dengan selalu
mengambil kotoran yang tercecer di lantai dan membersihkan genangan air.
Setelah proses produksi berlangsung, petugas sanitasi membersihkan saluran
pembuangan dan membersihkan lantai dengan sapu garuk karet. Langkah terakhir
adalah menyiram lantai dengan air klorin berkonsentrasi 200 ppm.
2.1.1.6 Penerangan
Setiap
ruangan dilengkapi dengan penerangan yang cukup (30 foot candles). Ruang sortasi dan ruang
laboratorium yang membutuhkan ketelitian lebih tinggi diberi lampu yang lebih
terang (50 foot candles). Warna dasar lampu adalah putih. Setiap lampu
dalam ruang proses dilengkapi dengan pelindung yang terbuat dari mika.
2.1.1.7 Ventilasi
Di dalam
ruang proses produksi tidak terdapat ventilasi. Akan tetapi, fungsi ventilasi
untuk sirkulasi udara digantikan dengan alat exhaust fan dan air conditioner (AC). Sistem
perputaran udara dalam ruang produksi dilakukan menggunakan air conditioner
(AC) yang terus menerus menghembuskan udara dingin ke seluruh ruangan dan exhaust
fan yang menyedot udara panas dari dalam ruangan sehingga dapat mencegah
terjadinya kondensasi uap.
2.1.1.8
Pintu
Pintu masuk ke
ruang produksi terbuat dari bahan yang kedap air, pintu dilengkapi dengan door closer, tahan karat, halus, rata,
tahan air dan mudah dibersihkan serta dilengkapi plastik curtain. Selain
itu, di dekat pintu juga dipasang alat pencegah serangga berupa lampu
penarik serangga (insect killer).
2.1.1.9
Saluran pembuangan
Instalasi
saluran pembuangan air limbah di ruang produksi terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan, tahan karat, halus, dan rata. Saluran pembuangan yang menuju ke luar ruang pengolahan
dilengkapi dengan alat pelindung berupa filter
screen untuk menghindari masuknya tikus ke dalam ruang proses.
2.1.1.10 Keamanan air
Air yang
digunakan untuk proses produksi di PT X memiliki ciri-ciri yaitu tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Air PAM di PT X sebelum dialirkan ke unit
pengolahan, terlebih dahulu ditampung dalam bak penampungan (tandon) dan
dilakukan proses filtrasi untuk menjamin keamanannya. Pengujian air dilakukan
setiap 6 bulan oleh pihak laboratorium Perusahaan Air Minum (PAM) Kota Cirebon
(Lampiran 2). Air yang digunakan di PT X untuk proses pengolahan daging
rajungan kaleng telah memenuhi persyaratan air proses yaitu air mengandung TPC
< 100, E.coli atau Coliform < 3, Salmonella dan Vibrio
cholerae negatif. Air yang dapat diminum dapat diartikan sebagai air yang
bebas dari bakteri yang berbahaya dan memenuhi persyaratan secara kimia.
2.1.1.11 Es
Perusahaan tidak memproduksi sendiri
es yang akan digunakan pada proses pengolahan daging rajungan melainkan es
dibeli dari pabrik-pabrik es yang ada di sekitar perusahaan. Es yang digunakan
oleh perusahaan tersebut berasal dari air PAM (potable water) yang dibuktikan dengan sertifikat kelayakan dari supplier es. Lantai ruang
penampungan es terbuat dari keramik, dinding dan langit-langit dilapisi dengan
bahan kedap air. Tetapi, es ini ternyata belum memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan karena berdasarkan hasil uji diketahui bahwa es yang digunakan
oleh perusahaan mengandung TPC > 100, E.coli
dan Coliform > 3. Persyaratan air
minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.907/Men.Kes/SK/VII/2002, yaitu air
minum tidak boleh menggandung bakteri koliform, baik itu untuk koliform tinja
dan total koliform (PERMENKES 2002).
2.1.1.12 Penanganan limbah
Limbah yang dihasilkan oleh
perusahaan terdiri dari limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang
dihasilkan perusahaan langsung dialirkan menuju unit penampungan limbah yang
terdapat di PT X, yaitu berupa dua bak penampungan limbah. Limbah yang masuk ke
dalam bak penampungan akan mengalami proses pengendapan dan filtrasi.
Pembersihan kedua bak ini dilakukan setiap bulan dengan cara penyedotan air
limbah yang dialirkan atau dibuang langsung ke laut. Pengujian air limbah
dilakukan oleh PAM Kota Cirebon dan hasil pengujian air limbahnya dapat dilihat
pada Lampiran 3 sedangkan alur limbah dapat dilihat pada Lampiran 4.
Adapun penanganan limbah padat
berupa sampah dari ruang proses (sampah daging dan plastik) yaitu sampah
dipisahkan menurut jenisnya. Sampah dibuang secara bertahap agar tidak
menyebabkan kontaminasi pada produk dan tempat sampah diberi tutup agar tidak
mengundang lalat. Tempat sampah pengumpul sementara sebelum dibuang ke luar
pabrik tidak ditempatkan di dekat ruang proses melainkan di ruang pencucian dan
dibersihkan setiap hari (pagi dan sore hari).
2.1.1.13 Pembersihan
permukaan yang kontak dengan produk
Pemukaan
bahan yang kontak dengan produk misalnya stoples, nampan, baskom, dan kaleng
terbuat dari bahan yang tahan karat, kedap air dengan permukaan yang halus
sehingga mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Pembersihan alat-alat seperti
nampan dan baskom dilakukan sebelum dan setelah proses produksi dengan cara
menyikat peralatan menggunakan air yang mengandung ammonium quarternat (sterbac) dengan konsentrasi 25 ppm,
sedangkan pencucian kaleng menggunakan air hangat 50 ˚C yang dilakukan pada
saat kaleng akan digunakan. Peralatan tersebut terbuat dari bahan-bahan yang
tidak korosif dan tidak beracun.
2.1.1.14 Pencegahan kontaminasi silang
Kontaminasi silang adalah pencemaran kembali produk
pangan yang sudah bermutu dan aman oleh cemaran-cemaran fisik, kimia atau
biologis. Kontaminasi silang dapat terjadi karena pencemaran melalui air atau
udara yang kotor, dan karena pencemaran lainnya (Rahayu 2002). Peluang
terjadinya kontaminasi silang di PT X cukup berpotensial karena setiap
peralatan tidak diberi tanda untuk setiap area kerja yang berbeda sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang. Sebagian peralatan yang
kotor tidak dibersihkan di ruang khusus melainkan proses pembersihan dilakukan
dalam ruang produksi dan ditemukan juga adanya basket yang berisi stoples dan
es yang bersentuhan langsung dengan lantai sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi silang. Di dalam ruang pengolahan belum tersedia tempat
cuci tangan yang memadai. Selain itu, pekerja yang menangani bahan baku
sebaiknya tidak menangani produk akhir untuk meminimalisasi kemungkinan
kontaminasi silang.
Secara
umum, desain kontruksi bangunan perusahaan sudah cukup baik dalam upaya
mencegah perpindahan kontaminan dari area yang kotor ke area yang bersih.
Kondisi tersebut didukung dengan penerapan alur produk yang satu arah yaitu
alur produk dan alur karyawan itu berbeda, pemberian sekat
antara unit pengolahan dan setiap ruang proses terdapat plastic curtain.
2.1.1.15
Higiene pekerja
Sebelum memasuki ruang produksi para pekerja sudah harus
memakai pakaian khusus, sepatu boot dan
kerudung penutup rambut dan wajah yang seluruhnya dalam kondisi yang bersih.
Masing-masing pekerja diberi baju seragam dengan dua variasi untuk memudahkan
kontrol penggantian seragam. Seragam yang disediakan oleh perusahaan adalah
seragam yang tidak memiliki saku untuk menghindari dibawanya barang-barang
pribadi ke dalam ruang proses dan seragam tidak boleh digunakan di luar ruang
proses atau area non saniter. Selanjutnya, pekerja mencuci muka dan tangan
dengan sabun dan air hangat bersuhu 40 – 43 ˚C yang telah disediakan, tangan dikeringkan dengan hand dryer dan sepatu boot disanitasi dengan air berklorin 200
ppm sebelum masuk ruang proses.
Kondisi
pekerja yang masuk ke dalam perusahaan harus dalam keadaan sehat, karyawan yang
menunjukkan gejala batuk pilek, sakit typus,
gatal-gatal atau koreng pada kulit, sakit mata (belekan) dan sakit telinga
tidak diizinkan untuk masuk ruang proses, dan harus menunjukkan surat
keterangan dokter sebagai bukti. Karyawan tidak boleh memakai obat-obatan yang
mengandung kloramfenikol, tidak boleh memakai kosmetik seperti bedak, lipstik, hand body lotion, dan lain-lain.
Karyawan juga dilarang menggunakan jam tangan, perhiasan (cincin, anting,
gelang dan kalung) untuk menghindari kontaminasi silang dan kemungkinan jatuh
ke dalam produk. Selain itu para pekerja dilarang memiliki kuku panjang dan
memakai cat kuku, yang dilakukan pengecekan setiap minggu. Pengecekan
kesehatan karyawan dilakukan setiap 1 tahun sekali.
2.1.1.16
Pemeliharaan peralatan dan wadah
Alat-alat
yang kontak langsung dengan produk terbuat dari bahan plastik dan stainless
steel yang bersifat halus,
tahan karat, tahan air dan tahan terhadap bahan kimia. Rancang bangun,
konstruksi dan penempatan peralatan serta wadah dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat menjamin pelaksanaan sanitasi dan higiene. Pembersihan setiap peralatan
yang digunakan dalam setiap ruang proses seperti nampan dan baskom dilakukan
oleh masing-masing bagian yang menggunakannya. Pembersihan dan pencucian peralatan
ini dilakukan dengan cara dibilas dengan air tanpa menggunakan bahan
desinfektan, sedangkan pencucian stoples dilakukan di ruang khusus pencucian.
Pencucian stoples ini pun hanya menggunakan air dan air tersebut digunakan
untuk 3-4 kali proses pencucian, hanya stoples yang sangat kotor dicuci
menggunakan sterbac. Selain itu,
peralatan lainnya seperti meja proses dibersihkan dengan sterbac dan basket dicuci dengan larutan klorin 15 ppm.
2.1.1.17 Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi,
cuci tangan dan
toilet
Perusahaan menggunakan bahan
sanitasi berupa teepol, sterbac dan klorin. Teepol merupakan bahan kimia yang tidak berbau dan cukup efektif
dalam membunuh mikroorganisme. Teepol
digunakan untuk mencuci tangan karyawan. Sterbac
digunakan untuk mencuci peralatan produksi seperti stoples, nampan dan
baskom sedangkan klorin digunakan untuk mencuci lantai, mengisi air bak cuci kaki (foot bath) dan tangki pendinginan.
Konsentrasi klorin yang digunakan untuk mencuci lantai dan mengisi foot bath sebesar 200 ppm, sedangkan
konsentrasi klorin untuk tangki pendinginan hanya 5 ppm.
Perusahaan
telah menetapkan prosedur pencucian tangan karyawan setiap 1 jam sekali dengan
menggunakan bahan sanitasi yang telah ditentukan. Namun prosedur ini tidak
diikuti dan dipatuhi oleh karyawan secara keseluruhan karena masih ditemukannya
karyawan yang hanya mencuci tangan sebelum dan setelah proses selesai. Sebagian
karyawan lainnya mencuci tangan dengan periode yang tidak tertentu tanpa
menggunakan sabun yang telah disediakan. Jumlah bak cuci tangan di dalam ruang
proses produksi sebanyak 8 buah. Jumlah ini belum mencukupi jika dibandingkan
jumlah karyawan yang bekerja di ruang proses produksi sebanyak ± 300 orang.
Ruang pengolahan (proses) harus dilengkapi dengan bak cuci tangan minimal satu
untuk setiap 10 orang karyawan (Winarno dan Surono 2004). PT X berarti harus
menyediakan minimal 30 fasilitas bak cuci tangan di ruang proses produksi.
Sarana toilet
di PT X letaknya tidak berhubungan langsung dengan ruang proses pengolahan.
Jumlah toilet yang ada di perusahaan hanya 11 buah. Jumlah ini sudah cukup
untuk keperluan karyawan yang berjumlah sekitar 300 orang. Menurut Winarno dan
Surono (2004), untuk 50 – 100 karyawan harus disediakan minimal 3 buah toilet
dan setiap penambahan 50 karyawan ditambahkan 1 toilet. Secara umum kondisi
toilet pabrik sudah cukup bersih. Kebersihan toilet selalu dijaga oleh petugas
kebersihan, namun prasarana toilet masih kurang lengkap karena tidak
disediakannya sabun dan pengering sekali pakai.
2.1.1.18
Pengendalian hama (pest control)
Pengendalian hama yang diterapkan di
perusahaan menggunakan insect killer, penempatan glue trap, dan penggunaan bahan kimia. Insect killer ditempatkan
di sekitar pintu masuk ruang produksi yang berhubungan dengan lingkungan luar.
Mekanisme kerja insect killer,
yaitu alat ini memancarkan cahaya yang dapat menarik perhatian
serangga lalu serangga yang mendekati alat ini akan mati tersengat listrik. Glue
trap adalah alat berupa perangkap yang mengandung lem sehingga serangga
akan lengket di dalamnya, selain itu pada glue
trap juga dipasang racun berbentuk kapsul untuk mencegah tikus masuk ke
dalam ruang produksi. Saraf tikus yang memakan umpan tersebut akan diserang
sehingga menyebabkan tikus akan berusaha mencari tempat yang berair untuk
minum, sehingga tikus mati di luar area perusahaan. Penempatan glue trap di perusahaan dapat dilihat
pada Lampiran 5. Selain
itu, Penyemprotan (spraying) juga dilakukan
di lingkungan pabrik secara periodik bekerja sama dengan PT Rentokil Indonesia.
Proses penyemprotan (spraying) ini
bertujuan untuk mematikan serangga-serangga yang berjalan seperti kecoa dan
semut.
2.1.1.19 Pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan-bahan beracun yang
benar
Semua bahan kimia atau bahan sanitasi
harus diberi label nama bahan dan konsentrasinya, cara pemakaian dan standar
konsentrasi yang diperbolehkan. Bahan kimia atau bahan sanitasi disimpan pada
tempat yang aman dan terkunci. PT X memiliki ruang khusus untuk menyimpan
bahan-bahan kimia atau bahan sanitasi yang masih dalam keadaan utuh seperti
NaOCl, HCl, sterbac, teepol, dan
aquades. Bahan-bahan tersebut disimpan dalam gudang kering. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada produk.
2.1.2 Good Manufacturing
Practices (GMP)
Good
Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi Makanan yang
Baik (CPMB) merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan tujuan agar
produsen memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan untuk
menghasilkan produk makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen. (Thaheer
2008). Ruang lingkup GMP mencakup cara-cara berproduksi yang baik sejak bahan
baku masuk ke pabrik sampai produk dihasilkan, termasuk persyaratan-persyaratan
lainnya yang harus dipenuhi. Adapun tahapan proses pengalengan daging rajungan
di PT X dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.
2.1.2.1 Penerimaan bahan
baku (raw material receiving)
Bahan baku
berupa daging rajungan (Portunus
pelagicus) berasal dari wilayah Cirebon, Indramayu, Jakarta, Belitung, dan
Lampung. Daging rajungan diangkut dari miniplant dengan truk terbuka yang dilapisi terpal. Daging rajungan
dimasukkan dalam stoples kemudian stoples tersebut disusun dalam blong atau fiber yang berisi es curai. Selanjutnya,
karyawan receiving segera menimbang
daging dengan cepat. Setelah itu, daging disusun kembali dalam basket
berdasarkan asal daging dan jenis daging rajungan. Penanganan daging rajungan dilakukan dengan cepat,
higienis dan hati-hati untuk mencegah kenaikan suhu dan kerusakan fisik. Daging
rajungan yang menunggu proses lebih lanjut disimpan di dalam ruang pendingin.
Menurut Wiryanti dan Witjaksono (2001), penanganan bahan baku harus diterapkan
sesuai dengan sistem FIFO (First In First
Out), bahan baku yang menunggu proses lebih lanjut harus ditempatkan pada
tempat yang saniter dan higiene untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Tahap
selanjutnya dilakukan pengecekan mutu organoleptik oleh staf QC. Staf QC hanya
menerima daging rajungan yang telah memenuhi persyaratan bahan baku.
Persyaratan bahan baku yang diterima oleh perusahaan yaitu daging masih segar
dengan suhu daging pada saat penerimaan 32 – 40 ˚F (0 – 4,4 ˚C), standar minimal
nilai organoleptik 7 dengan spesifikasi yaitu penampakan cukup cemerlang, cukup
bersih, sedikit berlemi, cukup seragam, bau cukup segar, tekstur cukup kompak,
agak basah dan rasanya manis, serta tidak mengandung kloramfenikol yang
dilakukan pengujian dengan metode ELISA
Ridascreen Cloramfenikol. Apabila ditemukan daging rajungan yang telah
mengalami proses perubahan secara biokimia dan fisik seperti daging rajungan
menjadi kusam, basi, lunak dan ditemukannya benda asing maka bahan baku daging
rajungan tidak akan diproses lebih lanjut atau dikembalikan kepada supplier. Jenis-jenis daging rajungan
yang diolah oleh PT X antara lain jumbo,
backfin, flower, spesial dan clawmeat. Jumbo merupakan daging yang terdapat pada bagian dada. Backfin merupakan daging yang berasal
dari pecahan jumbo. Flower merupakan daging serpihan yang
berbentuk seperti bunga. Spesial
merupakan daging serpihan seperti flower namun
tidak berbentuk seperti bunga sedangkan clawmeat
merupakan daging yang dihasilkan dari bagian capit rajungan yang berwarna
kemerah-merahan. Morfologi rajungan dapat dilihat pada Lampiran 8 dan
jenis-jenis daging rajungan dapat dilihat pada Lampiran 9.
2.1.2.2 Sortasi
Daging rajungan yang telah memenuhi standar mutu baik
penampakan, warna, bau, dan lendir dimasukkan ke dalam ruang sortasi sedangkan
daging yang tidak memenuhi standar mutu akan ditolak dan dipisahkan agar tidak
tercampur dengan daging yang memenuhi standar. Proses sortasi dilakukan untuk
menghilangkan cangkang (shell) dan
benda asing dari daging rajungan. Proses ini dilakukan dengan cepat, hati-hati,
mempertahankan sistem rantai dingin dan bersih serta suhu daging dipertahankan
pada interval suhu 32 – 40 ˚F (0 – 4,4 ˚C) dengan cara menambahkan es curai di
sekitar produk.
Proses
penanganan dan pengolahan ini dilakukan dalam ruangan yang tertutup dengan suhu
ruangan 20 – 25 ˚C dan sesuai dengan persyaratan sanitasi. Perusahaan juga
telah menerapkan sistem FIFO yaitu setiap bahan baku yang diterima perusahaan
terlebih dahulu maka akan diproses lebih awal. Proses sortasi ini dilakukan
dengan menggunakan dua nampan yang dibedakan warnanya yaitu nampan daging dan
nampan es untuk menghindari cross
contaminasi. Karyawan sortasi juga menggunakan pinset untuk membantu dalam
proses pengambilan cangkang. Daging rajungan tidak boleh berhubungan langsung
dengan es karena dapat mempengaruhi mutu daging.
2.1.2.3 Pencampuran (mixing)
Daging
rajungan yang telah disortasi dicek mutu organoleptiknya oleh staf QC sebelum
dicampur. Daging rajungan yang telah memenuhi standar, sesuai spesifikasi buyer dan berasal dari sumber yang
berbeda dicampur dan diaduk dengan hati-hati untuk mencapai keseragaman produk.
Daging rajungan yang mengalami proses pencampuran hanya untuk jenis daging clawmeat dan special dengan spesifikasi sesuai permintaan buyer. Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh staf QC. Daging yang
telah dicampur segera dicek oleh staf QC untuk mengetahui kesesuaian standar
organoleptik dan spesifikasi produk serta dilakukan pencatatan terhadap asal
daging pencampuran untuk tujuan pelacakan. Proses pencampuran dilakukan dengan
cara cepat dan hati-hati untuk mempertahankan mutu.
2.1.2.4 Pengisian (filling)
Daging
rajungan diisi ke dalam kaleng berdasarkan jenis dan spesifikasi dari produk
yang disesuaikan dengan spesifikasi permintaan buyer. Persyaratan daging
rajungan dalam kaleng yang akan diekspor yaitu minimal nilai organoleptiknya 4
dengan spesifikasi penampakan cukup cemerlang, cukup bersih, sedikit berlemi,
cukup seragam, bau cukup segar, tekstur cukup kompak, kurang utuh, agak basah
dan rasanya cukup manis, tidak mengandung kloramfenikol, dan tidak ada benda
asing. Persyaratan mutu dan kemananan pangan daging rajungan kaleng menurut SNI
6929.1:2010 dapat dilihat pada Lampiran 10.
Saat pengisian daging ke dalam kaleng juga dilakukan
penambahan SAPP (sodium acid
pyrophoshpate) sebanyak 6 ml (1,26 gram/kaleng). Penambahan SAPP bertujuan
sebagai bahan pengawet daging rajungan dan mempertahankan warna daging
rajungan. Proses pengisian daging dalam kaleng dilakukan dengan cepat dan
hati-hati.
2.1.2.5 Penimbangan (weighing)
Sebelum
dilakukan proses penimbangan, timbangan dikalibrasi menggunakan anak timbangan
dan diatur sesuai berat kaleng kosong. Daging rajungan kemudian ditimbang
sesuai ukuran masing-masing kaleng. Berat bersih produk adalah 16 oz (0,454
kg), 12 oz (0,340 kg), 8 oz (0,227 kg), dan 6 oz (0,172 kg). Perusahaan
memiliki toleransi over weight
sebanyak 2 gram dan tidak ada toleransi under
weight. Hal ini dilakukan untuk mengestimasi terjadinya penyusutan berat
daging rajungan pada proses selanjutnya seperti penyimpanan. Berat bersih dicek
dengan cara sampling setiap jam. Kalibrasi eskternal untuk timbangan dilakukan
setiap tahun.
2.1.2.6 Penutupan kaleng (seaming)
Sebelum dilakukan proses penutupan
kaleng, mesin seamer dicek double seam
oleh QC dengan menggunakan kaleng kosong kemudian overlap dan free wrinkle
diukur, sedangkan selama proses produksi dilakukan pengecekan hasil double seam setiap jam atau maksimal 3
basket. Standar overlap setiap jenis
kaleng berbeda sesuai permintaan buyer.
Setiap kaleng yang sudah ditutup dicek double
seam secara visual oleh operator sambil membersihkan sisa daging yang ada
pada lipatan kaleng. Apabila selama proses ditemukan penyimpangan maka proses seaming dihentikan dahulu untuk
dilakukan tindakan koreksi terhadap proses dan produk. Setelah selesai proses
penutupan kaleng, setiap kaleng diberi kode produksi dan batas kadaluarsa pada
bagian bawah kaleng untuk tujuan pelacakan. Produk hasil pengalengan kemudian
disusun dalam batch. Selanjutnya,
produk segera dipasteurisasi.
2.1.2.7 Pasteurisasi (pasteurizing)
Tangki yang
digunakan untuk proses pasteurisasi berukuran maksimal 8 batch, setiap batch berisi
84 kaleng ukuran 16 oz. Suhu pasteurisasi yang diterapkan di PT X antara 185 –
189 ˚F (85 - 87,2 ˚C) dengan total waktu pasteurisasi sesuai berat produk dan
ukuran kaleng. Apabila suhu air pasteurisasi di luar range standar maka dilakukan tindakan koreksi yaitu produk dihold untuk dilakukan pengecekan lebih
lanjut. Waktu yang digunakan untuk pasteurisasi antara lain 140 menit untuk
kaleng ukuran 401 x 301 dengan berat 16 oz, 130 menit untuk kaleng ukuran 401 x
301 dengan berat 12 oz, 110 menit untuk kaleng ukuran 307 x 206 dengan berat 8
oz. Pengecekan suhu produk dengan F-value yang dilakukan setiap 5 menit
menggunakan 3 sampel setiap tangki, sedangkan pengecekan suhu air pasteurisasi
menggunakan MIG (Mercury in Glass)
atau termometer digital setiap 15 menit, kemudian dicatat dalam form.
Pengecekan suhu ini dilakukan oleh QC pasteurisasi.
2.1.2.8 Pendinginan (chilling)
Tangki yang digunakan untuk proses chilling juga berukuran maksimal 8 batch, setiap batch berisi 84 kaleng ukuran 16 oz. Sebelum proses chilling
dimulai terlebih dahulu dimasukkan es ke dalam tangki chilling dan ditambahkan larutan klorin 5 ppm. Kemudian, setelah
proses pasteurisasi selesai, basket yang berisi produk dipindahkan dari tangki
pasteurisasi langsung direndam dalam tangki chilling
pada suhu 32 – 34 ˚F (0 – 1,1 ˚C). Total waktu pendinginan disesuaikan dengan
jenis produk dan berat produk yaitu 120 menit untuk produk kaleng 16 oz.
2.1.2.9 Pengemasan dan
pelabelan
Pengemasan daging rajungan sangat
bergantung permintaan dari pembeli. Umumnya daging rajungan dikemas dalam kemasan primer (kaleng) yang selanjutnya
dimasukkan dalam kemasan sekunder (master carton). Setiap master carton berisi 12 kaleng ukuran 16 oz atau 12 oz. Produk yang
telah dikemas kemudian dicek oleh QC
packing meliputi jumlah kaleng, jenis produk dan brand sesuai label yang tercantum pada master carton serta kode produksi dapat terbaca dengan jelas.
Setelah itu, produk yang telah dicek kemudian diberi stempel ”QC passed”.
Produk yang sudah dikemas segera disimpan dalam chilled storage.
Proses pengemasan dan pelabelan ini
dilakukan pada kondisi yang higienis sehingga dapat mencegah terjadinya
kontaminasi silang pada produk. Secara umum, pengemasan yang dilakukan oleh PT
X telah sesuai Kep.01/MEN/2007.
2.1.2.10 Chilled
storage
Daging rajungan kaleng yang
telah dikemas dalam master carton,
kemudian disimpan dalam chilled storage
dengan suhu penyimpanan antara 32 – 40 ˚F (0 – 4,4
˚C). Kontrol suhu penyimpanan dilakukan setiap jam oleh staf
mekanik dan suhu ruang pendingin secara
terus-menerus direkam dengan menggunakan perekam suhu. Penyusunan master
carton dalam chilled storage
dilakukan dengan rapi menggunakan alas berupa pallet agar master carton
tidak bersentuhan langsung dengan lantai chilled
storage. Penyusunan produk sesuai dengan brand dan jenis produknya dengan tidak melewati batas red line agar tidak menutupi evaporator.
Produk yang satu dengan yang lain jaraknya diatur sedemikian rupa sehingga
sirkulasi udara di dalam chilled storage
dapat berjalan dengan baik. Penyimpanan produk sesuai dengan sistem first in first out (FIFO). Penyusunan
produk dalam chilled storage tidak
diperkenankan menutupi evaporator karena bisa menganggu sirkulasi udara dingin
sehingga susunan produk yang paling dekat dengan evaporator akan lebih rendah
daripada susunan produk yang jauh dari evaporator. Adapun penyusunannya antara
lain tinggi maksimal stuffle I sebanyak 19 master
carton (mc), tinggi maksimal stuffle II dan III sebanyak 20 mc dan tinggi
maksimal stuffle IV sebanyak 21 mc. Pintu chilled storage tidak boleh dibuka
terlalu lama, untuk mencegah kenaikan suhu dalam chilled storage.
2.1.2.11
Pengiriman produk (stuffing)
Proses pengiriman produk yang dilakukan oleh PT X ialah
proses pemindahan master carton yang
berisi daging rajungan kaleng ke dalam container
untuk dibawa ke pabrik pusat yaitu PT Windika Utama yang bertempat di Semarang.
PT Windika Utama ini yang melakukan ekspor. Produk yang akan dibawa ke PT
Windika Utama dikeluarkan dari chilled storage dengan cepat dan
hati-hati. Pengiriman produk dilakukan menggunakan container dengan kapasitas 400 – 500 master carton yang memiliki mesin pendingin dengan suhu diatur 0 oC.
Suhu container diatur pada 0 oC
dan dijaga mulai dari produk dimasukkan dalam container hingga sampai ke PT Windika Utama. Penyusunan master carton dalam container tidak melebihi red
line atau garis pada container yang
menunjukkan batas tertinggi tumpukan produk. Selain itu, staf QC juga harus
membuat rekomendasi untuk pengeluaran produk berdasarkan dari hasil analisis
laboratorium.
2.2 Penilaian Penerapan Sistem
Kelayakan Dasar
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan No. Per.011/DJ-P2HP/2007, sertifikat kelayakan pengolahan
adalah sertifikat yang diberikan kepada unit pengolahan ikan (UPI) yang telah
menerapkan Good Manufacturing Practices
(GMP), serta memenuhi persyaratan Sanitation
Standard Operating Procedures (SSOP) dan Good Hygiene Practices (GHP) sesuai dengan standar dan regulasi
dari otoritas yang berkompeten. Hasil penilaian yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP terhadap PT X
adalah nilai ”A” dengan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)
No.99/PP/SKP/PK/VIII/03/10 (Lampiran 11). Namun, berdasarkan hasil penilaian menggunakan
Daftar Penilaian Unit Pengolahan Ikan yang diterbitkan oleh Ditjen PPHP tahun
2007 (Lampiran 12) di
lapangan, menunjukan bahwa PT X memperoleh SKP dengan nilai kelayakan dasar “B”
yang terdiri atas 3 penyimpangan minor, 7 penyimpangan mayor, dan 2 penyimpangan serius. Hasil
penilaian ketidaksesuaian atau penyimpangan tersebut sebagai berikut:
2.2.1 Penyimpangan minor
Penyimpangan minor adalah penyimpangan yang apabila tidak
dilakukan tindakan koreksi atau dibiarkan secara terus menerus akan berpotensi
mempengaruhi mutu pangan (DJP2HP 2007). Penyimpangan minor yang terdapat di perusahaan yaitu :
1)
Peralatan permukaan yang kontak
dengan produk tidak diberi tanda untuk setiap area kerja yang berbeda.
Permukaan
yang kontak dengan produk terdiri atas baskom, nampan, dan stoples. Adanya penyimpangan ini dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi
silang pada daging rajungan yang berpotensi mempengaruhi mutu daging rajungan.
2)
Sebagian peralatan kerja tidak
dicuci dengan bahan desinfektan.
Peralatan kerja yang tidak dicuci dengan
bahan desinfektan berkemungkinan
masih mengandung sisa-sisa kotoran yang dapat menjadi sumber kontaminan terhadap daging rajungan sehingga berpotensi mempengaruhi mutu daging.
3)
Adanya bahan kimia yang memiliki
tanda peringatan.
Bahan kimia yang memiliki tanda
peringatan berarti bahan kimia tersebut cukup
berbahaya bagi manusia dan apabila terkontaminasi pada produk pangan akan berpotensi mempengaruhi mutu
pangan itu sendiri.
2.2.2 Penyimpangan mayor
Penyimpangan mayor adalah penyimpangan
yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi mempunyai potensi dapat
mempengaruhi keamanan pangan (DJP2HP 2007). Penyimpangan mayor yang terjadi di perusahaan yaitu :
1) Tidak tersedianya
ruang ganti.
Tidak
tersedianya ruang ganti pakaian bagi karyawan menyebabkan karyawan akan mengganti pakaian kerja
di area yang kurang saniter sehingga
pakaian dapat terkontaminasi dengan cemaran biologis, fisik dan kimia sehingga berpotensi mempengaruhi
keamanan pangan.
2) Kran air
dioperasikan dengan tangan
Penyimpangan ini
berpotensi mempengaruhi keamanan pangan karena kran
air yang dioperasikan dengan tangan dapat menyebabkan terjadinya cemaran biologis dan fisik yang dapat
menganggu dan merugikan kesehatan
manusia.
3) Adanya lantai
ruang pengolahan yang retak
Lantai
yang retak dapat berfungsi sebagai tempat terakumulasinya kotoran yang berpotensi menganggu dan
merugikan kesehatan manusia.
4) Ditemukan
adanya es sisa yang digunakan kembali untuk proses selanjutnya.
Es yang
digunakan di perusahaan tidak dibuat menggunakan air yang memenuhi persyaratan sehingga apabila
digunakan berulang kali dapat berpotensi
mempengaruhi keamanan pangan yang mengganggu dan merugikan kesehatan manusia.
5) Kondisi
AC dan exhaust fan berdebu.
Kondisi AC dan exhaust fan yang berdebu dapat menjadi
sumber kontaminasi melalui cemaran
biologi dan fisik yang berpotensi mempengaruhi
keamanan pangan.
6) Adanya
pekerja yang mengenakan peralatan kerja yang sudah kotor.
Peralatan kerja
yang sudah kotor merupakan wadah atau tempat yang paling sesuai sebagai media pertumbuhan mikroorganisme yang
dapat menyebabkan kontaminsi
terhadap produk sehingga berpotensi mempengaruhi
keamanan pangan.
7) Adanya
karyawan yang mencuci tangan tidak menggunakan bahan desinfektan.
Tangan yang
tidak dicuci dengan bahan desinfektan dapat mencemari produk sehingga berpotensi mempengaruhi keamanan pangan.
2.2.3 Penyimpangan serius
Penyimpangan
serius adalah penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapat
mempengaruhi keamanan pangan (DJP2HP 2007). Penyimpangan serius terdapat di PT X yaitu :
1) Jumlah tempat cuci
tangan di ruang pengolahan tidak memadai.
Tempat cuci
tangan yang ada di ruang pengolahan hanya ada 8 buah dan tempat cuci tangan yang tersedia di ruang
pengolahan hanya berupa baskom
berisi air sedangkan jumlah karyawan ± 300 orang. Tidak memadainya tempat cuci tangan bagi karyawan ini dapat
mempengaruhi keamanan pangan karena
adanya cemaran biologis dan fisik yang masih tertinggal
pada tempat cuci tangan sehingga dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
2) Penanganan es yang
tidak saniter oleh karyawan.
Penanganan es
yang dilakukan oleh karyawan tidak cukup saniter karena ditemukannya karyawan yang merapikan es dalam basket di ruang penyimpanan es dengan menggunakan
sepatu boot padahal sepatu boot tersebut
tidak dicuci dengan klorin 200 ppm sehingga dapat mempengaruhi keamanan pangan.
2.2.4 Penyimpangan kritis
Penyimpangan
kritis adalah penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi akan
segera mempengaruhi keamanan pangan (DJP2HP 2007). Tidak ditemukannya adanya
penyimpangan kritis di PT X.
3. KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
Tahapan proses pengalengan daging rajungan di PT X yaitu penerimaan bahan
baku, sortasi, pencampuran, pengisian daging dalam kaleng, penutupan kaleng,
pasteurisasi, pendinginan, pelabelan, penyimpanan dan stuffing. Secara keseluruhan, prosedur penerapan program kelayakan dasar (GMP dan SSOP) yang disusun oleh PT X sudah cukup baik dan sesuai dengan program
kelayakan dasar yang dirumuskan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Akan tetapi dalam pelaksanaannya
terjadi beberapa penyimpangan yang pada akhirnya memberikan penilaian yang
kurang baik terhadap proses produksi daging rajungan kaleng.
Penyimpangan
yang terjadi di perusahaan terdiri atas 3 penyimpangan minor, 7 penyimpangan
mayor, dan 2 penyimpangan serius. Penyimpangan ini mengakibatkan PT X
memperoleh nilai kelayakan dasar “B”. Hal
ini tidak sesuai dengan dengan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
(DJP2HP) dengan rating “A” maka perlu dilakukan tindakan koreksi untuk
memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
3.2 Rekomendasi
Tindakan koreksi yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan antara lain
melakukan perbaikan-perbaikan dan penyediaan fasilitas produksi seperti
perbaikan lantai yang retak di ruang receiving,
penyediaan sabun dan pengering sekali pakai di toilet, dan pemberian tanda yang
jelas pada setiap peralatan untuk area kerja yang berbeda. Perusahaan juga
hendaknya menyediakan ruang ganti pakaian, menempatkan bahan kimia di ruang
khusus dan terkunci. Selama penanganan bahan baku dan produk diupayakan dengan
sistem rantai dingin tidak terputus. Selain itu, perusahaan juga perlu melakukan pengawasan yang
lebih ketat pada setiap tahap proses agar tidak ada pekerja yang melanggar
peraturan dan melakukan teguran yang keras pada karyawan yang sering melakukan
pelanggaran.
PRINSIP DAN
TEKNIK PENGAWETAN MAKANAN (PANGAN)
Agar dapat berjalan, setiap reaksi kimiawi
dan enzimatis membutuhkan kondisi lingkungan yang optimum (misalnya suhu, pH,
konsentrasi garam, ketersediaan air, kofaktor dan faktor lainnya). Sebagai
contoh, mikroorganisme memerlukan semua kondisi yang optimum untuk
berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis, dan juga membutuhkan karbon,
sumber nitrogen, beragam mineral, dan ada atau tidak ada oksigen
(aerobik/anaero-bik), beberapa vitamin dan sebagainya.
Kehilangan mutu dan kerusakan pangan
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.
pertumbuhan mikroba yang
menggunakan pangan sebagai substrat untuk memproduksi toksin didalam pangan;
2.
katabolisme dan pelayuan
(senescence) yaitu proses pemecahan dan pematangan yang dikatalisis enzim
indigenus;
3.
reaksi kimia antar komponen
pangan dan/atau bahan-bahan lainnya dalam lingkungan penyimpanan;
4.
kerusakan fisik oleh faktor
lingkungan (kondisi proses maupun penyimpanan) dan
5.
Kontaminasi serangga, parasit
dan tikus.
Untuk mengontrol kerusakan kita harus
membuat kondisi yang dapat menghambat terjadinya reaksi yang tidak dikehendaki.
Secara umum, penyebab utama kerusakan produk susu, daging dan unggas adalah
mikroorganisme sementara penyebab utama kerusakan buah dan sayur pada tahap
awal adalah proses pelayuan (senescence) dan pengeringan (desiccation) yang
kemudian diikuti oleh aktivitas mikroorganisme. Prinsip pengawetan pangan ada
tiga, yaitu:
1.
Mencegah atau memperlambat
kerusakan mikrobial;
2.
Mencegah atau memperlambat
laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan; dan
3.
Mencegah kerusakan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama. Mencegah atau
memperlambat kerusakan mikrobial dapat dilakukan dengan cara:
o mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis);
o mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi;
o menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya dengan
penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau
penggunaan pengawet kimia;
o membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.
Mencegah atau memperlambat laju proses
dekomposisi (autolisis) bahan pangan dapat dilakukan dengan cara destruksi atau
inaktivasi enzim pangan, misalnya dengan proses blansir dan atau dengan
memperlambat reaksi kimia, misalnya mencegah reaksi oksidasi dengan penambahan
anti oksidan.
Pengolahan (pengawetan) dilakukan untuk
memperpanjang umur simpan (lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami
kerusakan) produk pangan. Proses pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung
pada berapa lama umur simpan produk yang diinginkan, dan berapa banyak
perubahan mutu produk yang dapat diterima. Berdasarkan target waktu pengawetan,
maka pengawetan dapat bersifat jangka pendek atau bersifat jangka panjang.
Pengawetan jangka pendek dapat dilakukan
dengan beberapa cara misalnya penanganan aseptis, penggunaan suhu rendah
(<20°C), pengeluaran sebagian air bahan, perlakuan panas ‘ringan’,
mengurangi keberadaan udara, penggunaan pengawet dalam konsentrasi rendah,
fermentasi, radiasi dan kombinasinya.
Penanganan aseptis merupakan proses
penanganan yang dilakukan dengan mencegah masuknya kontaminan kimiawi dan
mikroorganisme kedalam bahan pangan, atau mencegah terjadinya kontaminasi pada
tingkat pertama. Penanganan produk dilakukan untuk mencegah kerusakan produk
yang bisa menyebabkan terjadinya pengeringan (layu), pemecahan enzim alami dan
masuknya mikroorganisme.
Penggunaan suhu rendah bertujuan untuk
memperlambat laju reaksi kimia, reaksi enzimatis dan pertumbuhan mikroorganisme
tanpa menyebabkan kerusakan produk. Beberapa perubahan kimia seperti terjadi
pada tepung, sereal, biji-bijian, minyak disebabkan oleh keberadaan air. Air
dibutuhkan mikroorganisme untuk mempertahankan hidupnya. Pengeluaran sebagian
kandungan air bahan melalui proses pemekatan atau pengeringan akan menurunkan
laju reaksi kimiawi, enzimatis maupun mikrobial.
Perlakuan panas ringan (pasteurisasi dan
blansir) dilakukan pada suhu <100°C. Proses blansir akan merusak sistem
enzim dan membunuh sebagian mikroorganisme. Tetapi, sebagian besar
mikroorganisme tidak dapat dihancurkan oleh proses blansir. Pasteurisasi
menggunakan intensitas suhu dan waktu pemanasan yang lebih besar daripada
blansir.
Pasteurisasi akan menginaktifasi enzim, membunuh
mikroorganisme patogen (penyebab peyakit) dan sebagian mikroorganisme pembusuk.
Beberapa reaksi penyebab kerusakan pangan dipicu oleh oksigen. Reaksi kimiawi
seperti oksidasi lemak (ketengikan) yang terjadi pada minyak sayur,
biji-bijian, buah-buahan, sayuran, susu, daging dan reaksi pencoklatan pada
buah dan sayur dapat diperlambat dengan mengurangi kehadiran oksigen.
Penggunaan pengawet dengan konsentrasi
rendah dan proses fermentasi juga merupakan cara yang dapat dilakukan untuk
pengawetan temporer. Gula, garam, asam dan SO2 menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan
menghambat pertumbuhan kapang dan kamir. Pemaparan pangan dengan radiasi
elektromagnetik bisa merusak atau menghambat beberapa mikroorganisme dan sistim
enzim alami tanpa perubahan nyata pada kualitas produk.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
pengawetan jangka panjang adalah pemanasan pada suhu tinggi (?100°C),
penggunaan pengawet kimia, pengeringan, pengeluaran udara (pemvakuman),
pembekuan dan kombinasi proses. Pemanasan pada suhu tinggi yang dilakukan
bersama-sama dengan pengemasan yang bisa mencegah rekontaminasi, dapat
menghambat/merusak mikroorganisme dan enzim.
Penggunaan gula atau garam dengan
konsentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi
enzimatis, seperti yang dilakukan pada pembuatan jeli dan dendeng. Pengawet
alami seperti etanol, asam asetat dan asam laktat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme terpilih selama proses fermentasi bisa menghambat pertumbuhan
mikroorga-nisme pembusuk. Penambahan pengawet seperti asam benzoat dan asam
propionat juga berfungsi menghambat mikroorganisme secara selektif.
Proses pengeringan akan mengeluarkan air
dan menyebabkan peningkatan konsentrasi padatan terlarut didalam bahan pangan.
Kondisi ini akan meningkatkan tekanan osmotik didalam bahan, sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat laju reaksi kimia maupun
enzimatis.
Penghilangan udara akan mengeluarkan semua
oksigen sehingga mencegah berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis yang
dipicu oleh oksigen, juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme aerobik.
Perlakuan pembekuan (freezing) secara
signifikan akan memperlambat laju reaksi kimiawi dan enzimatis serta menghambat
aktivitas mikroorganisme. Proses pengawetan biasanya dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa metode pengawetan. Sebagai contoh, pembuatan susu
pasteurisasi yang ditujukan untuk pengawetan jangka pendek dilakukan dengan
kombinasi proses pemanasan ringan (pasteurisasi), pengemasan dan penyimpanan
pada suhu rendah (refrigerasi).
Proses pengalengan yang ditujukan untuk
pengawetan jangka panjang, dilakukan dengan melibatkan proses pengeluaran
udara, pengemasan, pengaturan pH dan penggunaan suhu tinggi (sterilisasi). Juga
penting diperhatikan penggunaan \ wadah (container) dan kemasan yang dapat
melindungi produk dari mikroorganisme untuk menghindari terjadinya
rekontaminasi selama penyimpanan.
PENGALENGAN
1. Pendahuluan
Pengalengan adalah ilmu yang tergolong
tua dalam usia, kira-kira lebih dari 175 tahun yang lalu, telah dimulai dan
dikembangkan di negara barat, dan kini sudah mulai berkembang di berbagai
negara berkembang. Namun, cara-cara praktek pengalengan secara baik belum
banyak dilakukan oleh industri pengalengan di Indonesia. Terutama cara-cara
perhitungan jumlah panas yang diperlukan sehingga makanan kaleng bebas dari
mikroba pembusuk serta penyebab keracunan, dan kerusakan gizi serta kerusakan
komponen citarasa dapat dihindari semaksimal mungkin.
2.
Prinsip
Pengalengan
Penggunaan panas pada pengawetan bahan
makanan sudah dikenal secara luas. Berbagai cara yang dilakukan seperti memasak,
menggoreng, merebus, atau pemanasan lainnya merupakan salah satu cara
pengawetan bahan makanan. Melalui perlakuan tersebut terjadi perubahan keadaan
bahan makanan, baik sifat fisik maupun kimiawi sehingga keadaan bahan ada yang
menjadi lunak dan enak dimakan. Pemanasan mengakibatkan sebagian besar
mikroorganisme dan enzim mengalami kerusakan sehingga bahan makanan yang telah
dimasak lebih tahan selama beberapa hari.
Pengalengan makanan merupakan suatu
cara pengawetan bahan pangan yang dikemas secara hermetis dan kemudian
disterilkan. Metode pengawetan tersebut ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang
ilmuwan Prancis. Di dalam pengalengan makanan, bahan pangan dikemas secara
hermetis (hermetic) dalam suatu wadah, baik kaleng, gelas, atau aluminium. Pengemasan
secara hermetis dapat diartikan bahwa penutupannya sangat rapat, sehingga tidak
dapat ditembus oleh udara air, kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan
cita rasa.
Daya awet makanan kaleng sangat
bervariasi sangat tergantung dari jenis bahan pangan, jenis wadah, proses
pengalengan yang dilakukan dan kondisi tempat penyimpanannya, tetapi jika
proses pengolahannya sempurna maka daya awet produk yang dikalengkan, akan
lama. Kerusakan makanan kaleng pada umumnya terjadi karena perubahan tekstur
dan cita rasa dibandingkan karena mikrooragnisme.
Tiga jenis bahan yang dipakai dalam
proses pembuatan kaleng, yaitu Electrolyte Tin Plate (ETP), Tin Free Steel
(TFS), dan aluminium (alum). Kebanyakan pengalengan menggunakan TF-CT lapisan
baja yang dilapisi kromium secara elektris. Segera setelah dilapisi kromium,
terbentuklah lapisan kromium oksida pada seluruh permukaannya. Jenis TFS
memiliki beberapa keunggulan di antaranya lebih murah harganya karena tidak
menggunakan timah putih dan lebih baik daya adhesinya terhadap bahan organic.
Sedangkan kelemahannya adalah lebih tinggipeluangnya untuk berkarat.
Penutupan
kaleng tahap pekerjaan yang sangat penting dalam pengalengan. Kaleng yang tidak
rapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi dan ada udara masuk yang dapat
merusak makanan dalam kaleng. Untuk mencegah kebocorankaleng, maka kaleng
ditutup secara ganda lipatan dan pada sambunganya dilapisi dengan senyawa semen
atau lacquer bercampur karet.
3.
Mikroorganisme
dalam Makanan Kaleng
Pada pengawetan pangan, secara teknis
ada beberapa cara yang menggunakan prinsip mikrobiologis yaitu mengurangi
jumlah seminimal mungkin mikroorganisme pembusuk, menguramgi kontaminasi
mikroorganisme, menciptakan suasana lingkungan yang tidak disukai oleh
mikroorganisme pembusuk, serta mematikan mikroorganisme dengan cara pemanasan
atau radiasi.
Pemusnahan mikroorgnaisme dengan
pemanasan dalam pengalengan ikan pada prinsipnya menyebabkan terjadinya
denaturasi protein, serta menonaktifkan enzim yang membantu dalam metabolisme.
Penerapan panas dapat bermacam-macam tergantung dari jenis mikroorganismenya,
fase mikroorganisme dan kondisi lingkungan spora bakteri. Semakin rendah suhu
yang diberikan maka semakin banyak waktu yang diperlukan selama pemanasan.
Panas yang diberikan dapat memusnahkan sebagian sel vegetatif, sebagian besar
atau seluruh sel. Sebagian besar atau seluruh untuk sterilisasi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.1 dan Tabel 9.2. semakin banyak jumlah
spora akan semakin lama waktu sterilisais. Pada pengalengan, yang perlu diwaspadai
adalah bakteri anaerob seperti Clostridium botullinum yang tahan terhadap suhu
tinggi. Bakteri menyukai suhu di atas 55oC.
Tabel 9.1. Efek suhu pemanasan
terhadap kebutuhan waktu untuk memastikan spora
Suhu
(oC)
|
Waktu
(Menit)
|
100
|
1200
|
105
|
600
|
110
|
190
|
115
|
70
|
120
|
19
|
125
|
7
|
130
|
3
|
135
|
1
|
Tabel 9.2. Efek jumlah awal
spora terhadap waktu yang diperlukan
Jumlah
awal spora
|
Waktu
(Menit)
|
50000
|
14
|
5000
|
10
|
500
|
9
|
5
|
8
|
4.
Sterilisasi
Sterilisasi
adalah metode dasar dalam pengawetan ikan dengan teknik pengalengan. Kaleng
yang ditutup rapat dipanaskan untuk menonaktifkan enzim, membunuh
mikroorganisme, dan mengubah ikan dari bentuk mentah menjadi produk yang siap
disajikan tetapi memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Pengertian
sterilisais ialah suatu usaha membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari
segala macam bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Jadi, jika suatu alat
atau bahan steril, berarti tidak ada kehidupan dan kegiatan mikroorganisme baik
mikroorganisme patogen, nonpatogen, pembusuk, dan lain-lainnya sudah
dimusnahkan.
Pemanasan
pada bahan makanan dilakukan sedemikian rupa sehingga mikroorganisme yang
membahayakan terhadap manusia telah mati, tetapi sifat bahan tidak banyak
mengalami perubahan. Karena itu timbul beberapa macam istilah sterilisasi
antara lain:
a. Sterilisasi
biologis
Pemanasan
yang mengakibatkan musnahnya segala macam bentuk kehidupan yang ada pada bahan
makanan yang dipanaskan.
b. Sterilisasi
komersil
Yaitu
suatu tingkat sterilisasi sedemikian rupa sehingga dalam keadaaan normal tidak
akan rusak. Bahan tidak steril 100% tetapi bakteri patogen dan pembentuk racun
telah dimatikan.
Sterilisasi
biasanya dilakukan pada suhu yang tinggi di atas 100oC misalnya 121oC
selama 15 menit. Sterilisasi dengan pemanasan dibedakan atas:
a. Sterilisasi
dengan pemijaran biasanya dilakukan untuk alat-alat seperti jarum ose dan
menggunakan pembakar Bunsen
b. Sterilisais
dengan udara panas, alat yang digunakan adalah oven dengan suhu 170-180oC
selama 2 jam, dan peralatan yang disterilkan biasanya alat-alat dari kaca yang
tahan terhadap suhu tinggi. Perlu diperhatikan, setelah sterilisasi oven jangan
dibuka untuk menghindarikeretakan pada peralatan
c. Sterilisasi
dengan uap air panas biasanya menngunakan peralatan dandang sama halnya seperti
mengukus, yaitu menggunakan uap air panas.
d. Sterilisasi
dengan uap air panas bertekanan, alat yang digunakan adalah autoclave, biasanya
digunakan untuk mensterilkan media. Waktu sterilisasi mulai dihitung pada saat
suhu dan tekanan yang diperlukan yaitu 1231oC dengan tekanan 2 atm
berkisar antara 15-30 menit. Jika sterilisasi sudah selesai, autoclave
dibiarkan beberapa saat sampai tekanannya kembali normal.
Sterilisasi
komersil adalah sterilisasi yang biasanya dilakukan terhadap sebagian besar
makanan di dalam kaleng atau botol. Makanan yang steril secara komersil berarti
semua mikroba penyebab penyakit dan pembentuk racun (toksin) dalam makanan
tersebut telah dimatikan, demikian juga semua mikroba pembusuk. Mikroba lainnya
mungkin saja ada di dalam makanan tersebut tetapi berada di luar perhatian
kita.
Ketahanan
panas suatu mikroorganisme ditunjukkan oleh Thermal Death Time (TDT)-nya, yaitu
jumlah menit yang dibutuhkan untuk suhu tertentu. TDT akan turun secara
logaritmik denganmeningkatnya suhu. Hubunga itu disebut sebagai Lethality (L)
atau letalitas.
Alat
sterilisai pada skala industri untuk produk makanan kaleng diperlukan retort
yang dilengkapi dengan boiler, untuk skala kecil dapat digunakan autoclave.
Retort adalah suatu bejana tempat produk yang dikalengkan, dilakukan proses
sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap. Bentuk retort ada yang vertikal dan
horizontal, cara kerjanya ada yang dalam posisi diam dan ada yang melakukan
gerakan. Dalam industri perikanan yang banyak digunakan adalah diam, batch,
baik horozontal maupun vertikal.
5. Menentukan
Suhu Pemanasan
Tingkat
penetrasi panas ke dalam makanan harus diketahui untuk memperhitungkan panas
yang dibutuhkan dalam pengawetan. Semua bagian dalam kaleng beserta produknya
harus menerima panas yang cukup. Panas dapat berpenetrasi dengan cara konduksi,
konveksi, atau kombinasi keduanya.
Perambatan
panas dapat berjalan secara konduksi, konveksi, atau radiasi. Di dalam
pengalengan makanan biasanya perambatan panas berjalan secara konveksi atau
konduksi. Sifat perambatan panas itu perlu diperhatikan untuk menentukan jumlah
panas optimum yang harus diberikan pada makanan kaleng.
Konduksi
adalah perambatan panas, panas dialirkan dari satu partikel ke partikel lain
tanpa adanya pergerakan atau sirkulasi dari partikel itu, misalnya pada
makanan-makanan yang berbetuk padat seperti cornet beef
Konveksi
adalah perambatan panas, panas dialirkan dengan cara pergerakan atau sirkulasi,
misalnya pada makanan-makanan yang berbentuk cair seperti sari buah-buahan.
Makanan
kaleng atau bahan yang dipanaskan terdapat tempat (titik) yang paling lambat
menerima panas yaitu yang disebut cold point. Perambatan panas secara konduksi,
cold pointnya terdapat di tengah atau di pusat bahan tersebut. Sedangkan pada
bahan-bahan yang merambatkan panas secara konveksi cold point terletak di bawah
atau di atas pusat, yaitu kira-kira ¼ bagian atas atau bawah sumbu.
Perambatan
panas secara konveksi jauh lebih cepat daripada perambatan panas secara
konduksi. Semakin padat
bahan pangan maka perambatan panas semakin lambat. Cara jumlah penghitungan
panas yang harus diberikan pada proses pengalengan bukan suatu teknik yang
mudah dan sederhana. Proses sterilisasi panas dihitung secara hati-hati dan
sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu jenis dan kondisi bahan yang akan
diproses, ukuran kaleng, dan tahap-tahap pengalengan yang harus dilakukan.
Pengetahuan mengenai sumber
kontaminasi, jenis kontaminasi, lingkungan hidup, dan tingkat daya tahan
kontaminan terhadap panas juga diperlukan untuk memahami prinsip proses
sterilisasi panas. Semua informasi tersebut diperlukan untuk menghitung waktu
dan suhu sterilisasi yang diperlukan suatu jenis produk pada ukuran kaleng
tertentu agar mampu memusnahkan seluruh mikroba pembusuk yang terdapat dalam
produk tersebut.
6. Tahap
Pengalengan Ikan
Berdasarkan
cara pengolahannya, pengalengan hasil perikanan dapat dibedakan dalam beberapa
tipe, yaitu direbus dalam air garam, dalam minyak, dalam saos tomat, dan
dibumbui. Adapula pembagian produk pengalengan atas dasar bahan yang
dikalengkan, dalam keadaan mentah, atau dimasak terlebih dahulu.
A. Persiapan
wadah
Wadah
yang akan digunakan hendaknya dibersihkan atau diperiksa secara teliti sebelum
digunakan untuk pengalengan. Cara tersebut apabila dilaksanakan denganbaik akan
menakan terjadinya kebusukan.
1. Wadah kaleng (Tin can)
Di dalam pengalengan suatu produk
penting diperhatikan untuk selalu menggunakan jenis kaleng yang sesuai produk,
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya perubahan warna. Kaleng-kaleng yang
akan digunakan hendaknya diperiksa solderannya, adanya karat atau cacat
lainnya, misalnya lekuk-lekuk atau penyok. Kaleng yang telah cacat hendaknya
jangan digunakan.
Kaleng yang baik kemudian dicuci dalam
air sabun hangat dan kemudian dibilas dengan air bersih. Tutup kaleng jangan
dicuci untuk menghindari terjadinya kerusakanpada gasket. Oleh karena itu,
tutup kaleng harus selalu dijaga kebersihannya, misalnya dibungkus dengan
kantung plastic aau dipak dalam karton, sehingga kaleng terhindar dari debu dan
uap air.
a.
Gelas jars
Selain kaleng, wadah yang dapat
digunakan adalah gelas jars. Gelas jars adalah padatan amorf dari suatu larutan
silica oksida, kalsium, natrium, dan elemen lain. Bahan mentah gelas terutama
adalah pasir, soda, abu, dan batu kapur yang dipilih secara hati-hati. Wadah
gelas untuk bahan pangan dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu gelas
bermulut lebar (wide mouth) dan gelas berleher sempit (narrow neck).
Gelas jars hendaknya diperiksa
terlebih dahulu terutama pada bagian penutupan, karena produk kalengan akan
membusuk bila penutupan tidak sempurna. Pemeriksaan gelas jars juga dilakukan
terhadap ada/tidaknya keretakan, goresan atau bagian finish yang tidak
sempurna, sedangkan tutup diperiksa apakah dapat menutup dengan baik atau
tidak.
Setelah pemeriksaan tersebut, gelas
jars beserta tutupbya dicuci dalam air sabun yang hangat, kemudian dibilas
dengan air bersih, setelah itu gelas jars direndam dalam air mendidih
sekurang-kurangnya 15 menit. Apabila tidak, akan menimbulkan kerusakan pad
akaret atau gasket tutup, tutup gelas jars dapat juga direndam dalam air panas
tersebut. Apabila pengisian produk akan dilakukan dalam keadaan panas, maka
gelas jars juga harus dijaga agar tetap dalam keadaan panas.
Keuntungan
dan kerugian menggunakan kaleng dan wadah gelas.
Keuntungan
pemakaian wadah gelas:
Ø Transparan/tembus
pandang
Ø Mengurangi
pemucatan warna (diskolorisasi)
Ø Mengurangi
pembentukan karat
Kelemahan
wadah gelas:
Ø Mudah
pecah
Ø Lebih
berat dibandingkan dengan kaleng
Ø Rambatan
panas pada gelas lebih lambat dan tidak dapat didinginkan secara cepat
Ø Produk
yang dikalengkan dalam wadah gelas harus disimpan di tempat yang gelap untuk
menghindari pengaruh cahaya
Keuntungan
pemakaian wadah kaleng
Ø Kaleng
dapat ditutup rapat sebelum disterilkan. Hal itu dikarenakan ujung-ujung kaleng
pada waktu pemanasan trut memuai tanpa merusak sambungan pada bagian pinggir
kaleng
Ø Ringan,
pembuatannya mudah dan cepat
Ø Perambatan
panas lebih cepat dan dapat didinginkan secara cepat tanpa merusak kaleng
Ø Oksigen
dalam head space bereaksi dengan cepat dengan logam komponen kaleng, seperti
besi dan timah sehingga pemucatan warna dan penyimpangan flavour dapat
dihambat.
b.
Retort pouch
Retort pouch adalah kantng plastic
multi lapis yang terdiri atas polyester, aluminium foil dan polypropylene, yang
dirancang sebagai kemasan yang mampu menyaingi daya simpan kemasan kaleng dan
menyamai mutu kemasan makanan beku
Retort pouch memiliki kelebihan
dibandingkan kemasan kaleng karena penetrasi berlangsung lebih cepat dan lebih
efisien sehingga dapat mempertahankan kandungan gizi, warna, dan cita rasa.
Secara keseluruhan produk yang menggunakan retort pouch mutunya lebih baik,
lebih enak, warna dan teksturnya lebih baik jika dibandingkan dengan kemasan
kaleng, lebih praktis dalam penyajian, dan penyimpanannya juga biaya produksi
jauh lebih murah.
B.
Pengisian
(Filling)
Pengisisan wadah dengan bahan yang
telah disiapkan sebaiknya dilakukan segera setelah proses persiapan selesai.
Pengisian hendaknya dilakukan secara teratur dan seragam. Produk diisikan
sampai permukaan yang diinginkan dalam wadah dengan memerhatikan adanya Head
space, kemudian medium pengalengan (canning medium) diisikan menyusul. Head
space adalah ruang kosong antara permukaan produk dengan tutup. Fungsinya sebagai
ruang cadangan untuk pengembangan produk selama disterilisasi, agar tidak
menekan wadah karena akan menyebabkan gelas menjadi pecah atau kaleng menjadi
gembung.
a. Metode pengisian
Pengisian wadah degan bahan pangan
yang telah dipersiapkan dapat dilakukan secara manual, menggunakan mesin semi
otomatis, dan bahkan dengan mesin otomatis. Pemilihan metode pengisian sangat
tergantung pada produk yang dikalengkan, misalnya pada produk yang diinginkan
cita rasanya agar lebih baik.
Apabila digunakangelas jars, cara
pengisian dilakukan dengan metode yang sama, walaupun dibutuhkan perlakuan yang
lebih khusus, misalnya gelas jars harus dipanaskan dahulu bila akan diisi
produk dalam keadaan panas. Panas waktu pengisian produk panas tersebut,
apabila gelas jars akan diletakkan pada tempat yang diinginkan, sebaiknya
dilakukan dengan menaruh wadah gelas tersebut dalam penangas air panas. Untuk
jars yang menggunakan ring karet, ring harus diletakkan pada tempatnya,
kemudian produk dalam keadaan panas diisikan ke dalam jars, lalu ditambahkan
medium pengalengan dan gelembung-gelembung udara dihilangkan dengan menggunakan
pisau kecil
b. Pengecekan
berat
Wadah-wadah diisi dengan produk sampai
mencaai berat yang telah ditentukan. Untuk tujuan itu, digunakan alat
timbangan, tergantung pada kalengnya. Ketepatan berat merupakan faktor
ekonomis, karena dapat mengurangi jumlah produk yang terbawa serta. Untuk
beberapa jenis produk, berat yang tepat sangat penting karena proses
sterilisais selanjutnya dipengaruhi oleh jumlah (volume/berat) produk. Selain
itu, berat produk yang tepat pada setiap operasi akan menanamkan kepercayaan
konsumen terhadap produk yang telah dihasilkan. Untuk memenuhi berat tersebut,
kadang-kadang diperlukan potongan kecil (serpihan atau hancuran). Dengan demikian,
isian kaleng dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Ø Fancy,
terdiri atas potongan-potongan pokok
Ø Standard,
terdiri atas potongan pokok ditambah serpihan
Ø Flakes
atau salad, terdiri atas serpihan-serpihan daging
- Medium pengalengan (Canning medium)
Medium
pengalengan adalah larutan atau bahan lainnya yang ditambahkan ke dalam produk
waktu proses pengisian. Jenis-jenis medium yang biasa digunakan adalah larutan
garam, sirup, kaldu, dan minyak. Larutan garam digunakan untuk bahan pangan
yang tidak asam, sirup digunakan untuk buah-buahan, kaldu untuk daging, dan
minyak digunakan untuk ikan dan hasil perikanan lainnya. Medium pengalengan
tersebut dapat memberikan cita rasa pada produk kalengan,dan juga berfungsi
untuk mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara meningkatkan proses perambatan
panas, serta dapat mengurangi korosi kaleng dengan cara menghilangkan udara.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan perambatan panas di dalam makanan kaleng antara
lain:
Ø Jenis
bahan baku wadah
Ø Ukuran
dan bentuk wadah
Ø Tingkat
pengisian produk wadah
Ø Kekentalan
cairan
Ø Distribusi
produk di dalam wadah
Ø Suhu
awal produk
Ø Lokasi
wadah dalam medium pemanasan
Ø Suhu
retor
Ø Ada/tidaknya
pengocokan (agitasi) wadah selama sterilisasi
Sampai batas
tertentu kita dapat menggolongkan perambatan panas yang akan terjadi pada bahan
di dalam kaleng dengan memerhatikan sifat-sifat fisiknya. Perambatan panas di
dalam kaleng dapat terjadi secara konveksi (misalnya pada sari buah),campuran
antara konveksi dan konduksi (misalnya pada jagung dalam krim), atau konduksi
(misalnya pada bayam hancuran atau daging dan ikan). Seperti diketahui,
perambatan panas secara konveksi berlangsung lebih cepat dibandingkan secara
konduksi.
Pembuatan larutan
garam harus digunakan garam (NaCL) yang bermutu tinggi. Garam yang diproduksi
khusus untuk pengalengan makanan lebih disukai, karena lebih mudah larut dalam
air daripada garam meja, dan tidak mudah mengendap kembali. Meskipun demikian,
garam meja bermutu baik dapat digunakan, tetapi garam meja yang sudah
diiodisasi (garam beriodium) tidak direkomendasikan.
Air
yang akan digunakan untuk membuat larutan garam harus bebas kalsium dan
magnesium. Di dalam beberapa hal diperlukan untuk memanaskan air terlebih
dahulu, kemudian dibiarkan mengendap dan disaring. Larutan garam dibuat dengan
cara menambahkan sejumlah garam ke dalam air, biasanya larutan garam 2% dapat
digunakan untuk sebagian besar produk kalengan. Di dalam pembuatan larutan
garam tersebut sebaiknya digunakan wadah stainless steel atau tanki yang
dilapisi gelas/plastik untuk mencegah terjadinya korosi pada metal.
Larutan
garam yang digunakan dalam pengalengan harus dipanaskan sampai mendidih dan kemudian
ditambahkan ke dalam wadah (kaleng/gelas) yang sudah berisi produk. Sebagian
industri pengalengan yang besar, kadang-kadang menggunakan juga garam berbentuk
tablet. Tablet garam tersebut ditaruh di atas produk di dalam wadah, kemudian
ditambahkan air mendidih ke dalam wadah tersebut.
Sirip
digunakan sebagai medium buah-buahan kalengan, kecuali untuk buah-buahan yang
dipak padat (packed solid). Sirup disiapkan dengan cara mendidihkan gula (gula
pasir/sukrosa) dalam air selama 5 menit untuk melarutkan seluruh gula dan
mengurangi kadar oksigen dalam sirup. Buih yang terbentuk pada permukaan
larutan gula selama dipanaskan hendaknya dibuang. Sirup ditambahkan ke dalam
wadah yang berisi produk sampai hampir penuh, dan setelah exhausting biasanya
ditambahkan lagi air panas untu memenuhi wadah.
Kaldu
dan minyak digunakan sebagai medium pengalengan daging, unggas,dan ikan. Kaldu
dibuat dari kulit, tulang, lemak, atau bagian-bagian lain yang tidak digunakan,
dengan cara didihkan dalam air dan ditambah bumbu rempah. Seperti halnya dalam
pembuatan sirup, buih yang terbentuk dibuang. Pemanasan kaldu biasanya
dilakukan alam steam jacketed kettle.
- Head space
Head
space adalah ruang di antara tutup wadah dengan permukaan produk. Besarnya
bervariasi tergantung pada jenis produk dan jenis wadah. Umumnya untuk produk
cair dalam kaleng, tingginya sekitar 0,25 inchi, sedangkan bila wadah yang
digunakan adalah gelas jars, direkomendasikan head space yang lebih besar.
Besarnya head space dalam wadah sangat penting diperhatikan, apabila terlalu
kecil akan menyebabkan pecahnya wadah akibat ekspansi (pengembangan) produk
selama proses sterilisasi. Apabila head space terlalu besar, sejumlah kecil
udara akan terperangkap dalam kaleng sehingga akan mengakibatkan terjadinya
oksidasi dan perubahan warna produk.
C. Exhausting
Sebagian besar oksigen dan gas lain
harus dihilangkan dari bahan di dalam wadah sebelum operasi penutupan. Di dalam
wadah yang sudah ditutup tidak diinginkan adanya oksigen, karena gas itu dapat
bereaksi dengan bahan pangan atau bagian dalam kaleng sehingga akan
mempengaruhi mutu, nilai gizi, dan umur simpan produk kalengan. Exhausting juga
berguna untuk memberikan ruangan bagi pengembangan produk selama proses
sterilisasi sehingga kerusakan wadah akibat tekanan produk dari dalam dapat
dihindarkan, juga berguna untuk menaikkan suhu produk di dalam wadah sampai
mencapai suhu awa (initial temperature).
Pada pabrik berskala kecil, exhausting
dilakukan dengan cara melakukan pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian
produk tersebut diisikan ke dalam kaleng dalam keadaan panas dan wadah ditutup
juga dalamkeadaan masih panas. Untuk beberapa jenis produk, exhausting dapat
dilakukan dengan cara menambahkan medium, misalnya saos tomat atau larutan
garam mendidih.
Pabrik pengalengan ikan yang berskala
besar, exhausting dilakukan secara mekanis dan dinamakan pengepakan vakum
(vacuum packed). Prinsipnya adalah menarik oksigen dan gas-gas lain dari dalam
kaleng dan kemudian segera dilakukan penutupan wadah.
Penghampaan juga bermanfaat untuk:
Ø Mengurangi
tekanan di dalam kaleng, sehinggakaleng tidak pecah selama sterilisasi
Ø Menghilangkan
oksigen untuk mengurangi kemungkinan oksidasi isi kaleng dan korosi pada bagian
dalam kaleng karena dapat menyebabkan kebocoran pada kaleng
Ø Menjaga
kandungan vitamin C
D. Penutupan wadah
Setelah
kaleng di-exhausted harus segera ditutup secara hermatis. Suatu penutupan yang
baik diperlukan untuk mencegah terjadinya pembusukan. Apabila digunakan kaleng
sebagai wadah maka penutupan yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran dari
satu kaleng yang dapat menimbulkan pengkaratan pada kaleng lainnya.
Penutupan
wadah kaleng sering disebut dengan istilah double seaming. Sedangkan mesin yang
digunakan untuk penutupan double seamer machine, jensinya bervariasidari yang
digerakkan dengan tangan sampai yang otomatis. Tetapi pada prinsipnya kerja
mesin tersebut sama, yaitu menjalankan dua operasi dasar. Operasi pertama
berfungsi untuk membentuk atau menggulung bersama ujung pinggir tutup kaleng
dan badan kaleng, sedangkan operasi kedua berfungsi untuk meratakan gulungan
yang dihasilkan oleh operasi pertama.
Apabila
wadah yang digunakan adalah gelas jars, maka wadah tidak ditutup kuat-kuat
(hermatis) sampai proses sterilisasi selesai, yaitu hanya dengan cara memutar
tutupnya ke bawah secara perlahan. Setelah proses sterilisasi selesai,
penutupan dikuatkan dengan memutar tutup kuat-kuat agar terbentuk penutupan
yang hermatis.
E. Sterilisasi/Processing
Sterilisasi
atau lebih dikenal dengan istilah processing adalah operasi yang paling penting
dalam pengalengan makanan. Processing tidak hanya bertujuan untuk menghancurkan
mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga berguna untuk membuat produk menjadi
cukup masak, yaitu dilihat dari penampilan, tekstur, dan cita rasanya sesuai
dengan yang diinginkan. Oleh karena itu, proses pemanasan harus dilakukan pada
suhu yang cukup tinggi untuk menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu
tinggi sehingga membuat produk menjadi terlalu masak.
Pada
prinsipnya, proses pemanasan yang diterapkan di dalam industri pengalengan atau
pembotolan pangan, dirancang khusus hanya cukup untuk mencapai sterilisasi
komersil. Kondisi tersebut tidak mudah dicapai, tetapi kadang-kadang justru
dapat menghasilkan perubahan-perubahan mutu yang tidak diinginkan dalam produk.
Berbeda
dengan strerilisasi total, dalam sterilisasi komersil masih terdapat beberapa
mikroorganisme yang masih dapat hidup setelah pemanasan (sterilisasi). Untuk
menghindari terjadinya perubahan yang tidak diinginkan, maka dikembangkan cara
penerapan proses sterilisasi yang tepat dan aman serta dapat meminimalkan
kerusakan dan penurunan mutu produk yang diakibatkan adanya efek panas.
Proses
tersebut dikenal dengan proses themal atau proses pemanasan makanan,
yang prinsip dasarnya diambil dari ilmu termobakteriologi dengan memanfaatkan
prinsip perambatan dan penetrasi panas serta sifat daya tahan panas
mikroorganisme khususnya yang mampu membentuk spora.
Makanan
yang berasam rendah dengan pH di atas 4,5 memerlukan pemanasan yang lebih kuat
dibandingkan dengan makanan yang bersifat asam dan berasam tinggi. Ikan
memiliki pH mendekati netral, yaitu 6,8 biasanya diproses dengan suhu 121oC
dengan waktu tergantung pada cepat lambatnya perambatan panas untuk mencapai
titik terdingin makanan dalam kaleng, serta daya tahan mikroba yang
mengkontaminasi makanan.
Proses
panas harus cukup untuk dapat menonaktifkan mikroba yang terdapat dalam makanan
kaleng atau untuk mecapai sterilisasi komersil. Pemanasan yang kurang cukup
dapat menimbulkan resiko ekonomi dan resiko kesehatan, karena sejumlah mikroba
yang tahan panas akan menyebabkan kerusakan pada produk, yang mengakibatkan
kerugian. Di samping itu, jika bakteri Clostridium botulinum tidak mati,
akan menghasilkan toksin yang dapat mengakibatkan kematian. Proses pemanasan
makanan kaleng yang dianggap aman adalah yang dapat menjamin bahwa makanan
tersebut telah bebas dari Clostridium botulinum.
F.
Pendinginan
Wadah
harus cepat didinginkan segera setelah proses sterilisasi selesai, dengan
tujuan untuk memperoleh keseragaman (waktu dan suhu) dalam proses dan untuk
mempertahankan mutu produk akhir. Apabila pendinginan terlalu lambat dilakukan
maka produk cenderung terlalu masak sehingga akan merusak tekstur dan cita
rasanya. Selain itu, selama produk berada pada suhu antara suhu ruang dan suhu
proses, pertumbuhan spora bakteri tahan panas akan distimulir. Selain itu,
dengan pendinginan juga mengakibatkan bakteri yang masih bertahan hidup akan
menyebabkan shock sehingga akan mati.
G.
Pemberian Label dan Penyimpanan
Setelah
dingin, kaleng atau gelas jars diberi label sesuai dengan keinginan produsen,
pemberian label ditujukan untuk mengetahui bahan yang digunakan dan untuk mengetahui
kapan waktu produksi sehingga dapat menentukan masa kedaluarsanya, dan tentunya
dengan pemberian label produk akan lebih dikenal masyarakat. Kemudian dikemas
dalam karton atau kotak kayu dalam jumlah tertentu.
Di
dalam suatu pabrik makanan kaleng seringkali diperlukan penyimpanan sementara,
misalnya karena besarnya jumlah produksi, selain itu penyimpanan juga untuk
menguji mutu produk sebelum dipasarkan, maka diperlukan ruang penyim panan yang
baik.
Suhu
penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu makanan kaleng. Suhu yang terlalu
tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur dan vitamin yang
dikandung oleh bahan, akibatnya akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia.
Selain itu, juga akan memacu perumbuhan bakteri yang pada saat proses
sterilisasi sporanya masih dapat bertahan.
Untuk
mencegah timbulnya karat pada bagian luar kaleng atau tumbuhnya jamur,
kelembapan ruang penyimpanan hendaknya diatur serendah mungkin. Bahan yang
menggunakan gelas jars harus dihindari dari cahaya, karena dapat menurunkan
mutu beberapa produk makanan kaleng akibat dari perubahan warna dan rusaknya
beberapa macam vitamin.
7. Pengujian Mutu Dan Kerusakan
Makanan Kaleng
Pengawasan pada produksi makanan yang dikalengkan harus dilakukan
selama persiapan bahan mentah dan pemanasan, untuk itu perlu dilakukan
pengujian secara fisik dan kimiawi serta pengujian secar mirobiologis. Jika
prosedur pengalengan dilakukan dengan benar dan sanitasinya diperhatikan, maka
kerusakan makanan kaleng jarang terjadi. Tetapi jika terjadi juga, maka
identifikasi jenis mikroba penyebabnya akan sangat membantu usaha yang harus
dikerjakan untuk mencegah akan terulang lagi.
1. Pengujian
Secara Fisik Dan Kimia
Pengujian
secara fisik dan kimia harus dapat memberikan penjelasan mengenai suara wadah
bila dipukul secara mekanis, kenampakan wadah, terdapat atau tidaknya garam
metal berbahaya dalam produk. Pemeriksaan yang teliti harus dilakukan terhadap
keadaan badan atau tutup kaleng. Adanya lekukan pada badan kaleng atau
keretakan pada gelas jars harus dicatat untuk pemeriksaan selanjutnya.
Pengujian
harus dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya kebocoran. Mutu penutupan
sebaiknya dilakukan selama proses pengalengan terjadi, untuk menghindari
banyaknya produk yang terbuang. Demikian juga mutu penutupan, baik kaleng
maupun gelas jars harus diuji setelah wadah dibuka. Produk makanan kaleng harus
diperiksa warna, kenampakan, dan baunya. Adanya penyimpangan bau merupakan
tanda adanya kebusukan, perubahan mungkin karena adanya reaksi antara produk dengan
kaleng.
Pada
pabrik pengalengan yang besar dilakukan pula pengujian secara organoleptik oleh
panelis yang sudah terlatih. Untuk menguji mutu dan cita rasa produk, panel tes
itu juga berguna untuk menguji penerimaan produk-produk baru oleh konsumen.
2. Pengujian
mikrobiologis
Pengujian
mikrobiologis dilakukan untuk mengecek efektivitas sterilisasi, mutu produk,
jenis, dan jumlah mikroba yang masih hidup dalam wadah dan penyebab kebusukan.
Umumnya, pemeriksaan mikrobiologis memerlukan teknik dan peralatan yang lebih
khusus dibandingkan dengan pemeriksaan fisik dan harus dilaksanakan oleh
laboratorium yang berkompoten. Sebelum produk makanan kaleng didistribusikan
harus dilakukan penyimpanan terlebih dahulu selama 10 hari untuk pemeriksaan.
Selama waktu tersebut dilakukan pengamatan ada tidaknya kebusukan, misalnya
terjadi penggembungan kaleng atau terjadi kebocoran akibat penutupan kurang
baik. Apabila dengan pemeriksaan mikrobiologis ditemukan produk makanan kaleng
yang mengalami pembusukan maka dianggap mengandung racun Clostridium
botulinum.
Makanan
kaleng yang mempunyai pH lebih besar dari 4,0 kebocoran wadah biasanya
ditunjukkan dengan adanya campuran flora mikroba. Adanya mikrokolus atau khamir
umumnya membuktikan adanya kebocora.
8. Kerusakan
Makanan Kaleng
Penyebab
kerusakan dapat dibagi dua, yaitu kerusakan yang disebabkan karena kesalahan
pengolahan dan kebocoran kaleng. Kerusakan itu menyebabkan produk makanan
kaleng yang tidak steril komersil. Jadi, kerusakan tersebut timbul karena
pertumbuhan mikroba. Selain kerusakan akibat mikroba masih ada beberapa
penyebab lainnya yang bersifat nonmikrobial diantaranya seperti wadah yang
kurang steril atau karena suhu yang kurang tinggi.
Faktor-faktor
tersebut meliputi kurang sempurnanya pembuangan udara pada retort, sisa
cairan terlalu banyak pada retort, kesalahan pengeringan produk kering,
sifat produk yang lambat menjadi panas, perubahan fisik pada produk, kurang
cukup pengisian sehingga head space terlalu besar, dan kesalahan proses
pemanasan.
PENGALENGAN MAKANAN (FOOD CANNING)
Pendahuluan
Penduduk di bumi ini semakin lama semakin bertambah, maka sudah tidak dapat ditawar lagi bahwa ketersediaan pangan harus terus menerus ditingkatkan mengiringi pertambahan tersebut. Ketersediaan pangan meliputi pemenuhan kuantitas, kualitas dan keamanan pangan sesuai kebutuhan disertai dengan penyediaan cadangan bagi keperluan darurat.
Mengingat mayoritas hasil pertanian dalam arti luas, meliputi hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan umumnya bersifat mudah rusak, dan bahkan beberapa termasuk dalam kategori sangat mudah rusak, maka diperlukan upaya-upaya penyimpanan dan pengawetan. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa kebutuhan pangan berlangsung sepanjang tahun sementara hasil pertanian kebanyakan bersifat musiman.
Teknik Pengalengan
Salah satu cara penyimpanan dan pengawetan yang banyak dilakukan saat ini adalah pengalengan bahan pangan. Buah, sayur, ikan, daging, susu dan pangan lain yang dikalengkan umumnya relatif telah siap saji. Fakta ini mendukung percepatan penyiapan bahan makanan di tingkat rumah tangga, mengingat dengan meningkatnya tuntutan hidup kita harus mampu mengelola waktu dengan baik. Maka keberadaan makanan kalengan dapat menjadi alternatif di hari yang sibuk, meskipun harus tetap disadari bahwa makanan segar nilai gizinya akan jauh lebih baik dibandingkan makanan yang telah dikalengkan.
Pengalengan merupakan sebuah metode pengawetan makanan dimana makanan yang dimasukkan di dalamnya telah melalui proses pengolahan dan kemudian dikemas di dalam kontainer yang kedap udara. Dengan pengalengan maka bahan pangan memiliki umur simpan yang panjang, berbulan-bulan bahkan beberapa tahun. Proses pengalengan pertama kali dikembangkan oleh Nicolas Appert pada tahun 1810.
Pengemasan mencegah mikroorganisme untuk masuk dan merusak bahan pangan yang dikalengkan. Oleh karena itu untuk mencegah makanan menjadi busuk sebelum dan selama dikemas, sejumlah metode yang digunakan meliputi pasteurisasi, pemanasan (dan perlakuan lain pada temperatur yang tinggi dalam periode waktu tertentu), pendinginan, pembekuan, pengeringan, perlakuan vakum dan agen antimikrobia, sebuah radiasi pengionan dalam dosis yang cukup, perendaman dalam larutan garam, asam, basa, ekstrim secara osmosis (contoh sangat banyak mengandung gula) atau lingkungan-lingkungan yang menghambat pertumbuhan mikrobia yang lain. Metode yang paling efektif adalah sterilisasi karena mampu membunuh Clostridium botulinum yang menyebabkan keracunan. Clostridum botulinum hanya dapat dimusnahkan pada temperatur di atas titik didih. Ada tidaknya Clostridum botulinum dalam makanan kaleng dijadikan tolok ukur (parameter) keberhasilan proses pengalengan. Dalam setiap proses pengalengan bahan pangan.
Makanan dengan keasaman rendah, (pH lebih besar dari 4,6) memerlukan sterilisasi di bawah temperatur tinggi (116 – 130oC). Untuk mendapatkan temperatur di atas titik didih perlu menggunakan sebuah alat untuk mengkondisikan tekanan udara (biasanya menggunakan autoclave). Makanan yang harus disterilisasi dalam autoclave termasuk kebanyakan sayuran, daging, makanan laut, makanan yang berasal dari hewan dan susu. Hanya makanan yang berasal dari buah-buahann, sayuran diasamkan, atau makanan yang ditambahkan keasamanannya sampai pH kurang dari 4,6 dapat dikalengkan dengan aman dan menggunakan air mendidih biasa.
Nilai Gizi
Pengalengan merupakan salah satu cara pengolahan makanan untuk memperpanjang umur simpannya. Ide tersebut adalah untuk membuat makanan tersedia dan dapat dimakan dalam waktu yang lama sejak dilakukannya waktu pengolahan. Pada tahun 1997 sebuah penelitian menemukan bahwa buah-buahan dan sayur-sayuran yang dikalengkan menyediakan makanan berserat dan vitamin-vitamin sama seperti hubungan antara makanan segar dan yang dibekukan, dan dalam beberapa kasus, walaupun proses pemanasan selama pengalengan menyebabkan serat lebih mudah larut, dan karenanya lebih mudah difermentasi di dalam usus menjadi gas-gas dan physiologically active byproducts. Tomat-tomat yang dikalengkan memiliki kadar available lycopene lebih tinggi.
Masa Kedaluwarsa
Untuk meningkatkan keamanan pangan bagi mereka yang memakan makanan kaleng, pemerintah mewajibkan perusahaan untuk mencantumkan kode produksi dan masa kedaluwarsa di kaleng makanan untuk memberikan informasi yang relevan terkait dengan kesehatan. Masa keladuwarsa ditetapkan berdasarkan riset yang terus menerus untuk mengetahui umur simpan dari produk tersebut.
Migrasi komponen-komponen Kaleng
Dalam toksikologi pengalengan, migrasi merupakan pergerakan subsatansi-substansi dari kaleng itu sendiri ke dalam isi kaleng. Substansi-substansi yang berpotensi racun yang dapat bermigrasi merupakan pemicu, menyebabkan keracunan, atau bisphenol A, yang berpotensi mengganggu endokrin (a potential endocrine disruptor) yang terkandung dalam epoksi yang umumnya digunakan untuk melapisi bagian dalam kaleng.
Kadar Garam
Makanan kaleng dapat menjadi sebuah sumber garam (sodium chloride). Terlalu banyak garam meningkatkan resiko masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi (high blood pressure) Oleh karena itu, harus ada batas kadar garam yang diijinkan bagi makanan kaleng. Beberapa produk kalengan tersedia dalam alternatif dengan kadar garam rendah (low-salt) dan tidak mengandung garam (no-salt).
Botulism
Foodborne botulism dihasilkan dari kontaminasi persediaan makanan dimana spora-spora C. botulinum tumbuh dan menghasilkan botulism toxin dan hal ini terjadi pada substansi-substansi makanan kaleng tidak berasam (canned non-acidic food substances). C. botulinum memilih lingkungan dengan oksigen yang rendah, dan karenanya tumbuh di dalam makanan kaleng. Botulism jarang terjadi tetapi merupakan penyakit paralytic serius yang diawali dari otot” muka dan kemudian menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain. Dalam kasus yang jarang terjadi, botulism menyebabkan paralysis otot-otot pernafasan dan menyebabkan gangguan pernafasan.
Pemilihan Makanan Kaleng
Dalam memilih makanan kaleng ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: tanggal kedaluwarsa yang tertera di kemasan masih lama dan kondisi kaleng masih bagus, tidak menggelembung atau penyok. Rusaknya kemasan kaleng memungkinkan masuknya bakteri ke dalam kaleng dan berkembang biak dengan pesat karena dari asalnya yang steril memungkinkan rendahnya persaingan mikroba di dalamnya.
Penutup
Bagaimanapun sebagus-bagusnya makanan kaleng masih lebih baik makanan segar. Hal ini dapat dipahami karena nutrisi yang terkandung dalam bahan pangan menurun dengan semakin tingginya suhu dan lamanya waktu pengolahan. Selain itu harga makanan segar relatif lebih murah dibandingkan dengan makanan kaleng (ESR).
Penduduk di bumi ini semakin lama semakin bertambah, maka sudah tidak dapat ditawar lagi bahwa ketersediaan pangan harus terus menerus ditingkatkan mengiringi pertambahan tersebut. Ketersediaan pangan meliputi pemenuhan kuantitas, kualitas dan keamanan pangan sesuai kebutuhan disertai dengan penyediaan cadangan bagi keperluan darurat.
Mengingat mayoritas hasil pertanian dalam arti luas, meliputi hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan umumnya bersifat mudah rusak, dan bahkan beberapa termasuk dalam kategori sangat mudah rusak, maka diperlukan upaya-upaya penyimpanan dan pengawetan. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa kebutuhan pangan berlangsung sepanjang tahun sementara hasil pertanian kebanyakan bersifat musiman.
Teknik Pengalengan
Salah satu cara penyimpanan dan pengawetan yang banyak dilakukan saat ini adalah pengalengan bahan pangan. Buah, sayur, ikan, daging, susu dan pangan lain yang dikalengkan umumnya relatif telah siap saji. Fakta ini mendukung percepatan penyiapan bahan makanan di tingkat rumah tangga, mengingat dengan meningkatnya tuntutan hidup kita harus mampu mengelola waktu dengan baik. Maka keberadaan makanan kalengan dapat menjadi alternatif di hari yang sibuk, meskipun harus tetap disadari bahwa makanan segar nilai gizinya akan jauh lebih baik dibandingkan makanan yang telah dikalengkan.
Pengalengan merupakan sebuah metode pengawetan makanan dimana makanan yang dimasukkan di dalamnya telah melalui proses pengolahan dan kemudian dikemas di dalam kontainer yang kedap udara. Dengan pengalengan maka bahan pangan memiliki umur simpan yang panjang, berbulan-bulan bahkan beberapa tahun. Proses pengalengan pertama kali dikembangkan oleh Nicolas Appert pada tahun 1810.
Pengemasan mencegah mikroorganisme untuk masuk dan merusak bahan pangan yang dikalengkan. Oleh karena itu untuk mencegah makanan menjadi busuk sebelum dan selama dikemas, sejumlah metode yang digunakan meliputi pasteurisasi, pemanasan (dan perlakuan lain pada temperatur yang tinggi dalam periode waktu tertentu), pendinginan, pembekuan, pengeringan, perlakuan vakum dan agen antimikrobia, sebuah radiasi pengionan dalam dosis yang cukup, perendaman dalam larutan garam, asam, basa, ekstrim secara osmosis (contoh sangat banyak mengandung gula) atau lingkungan-lingkungan yang menghambat pertumbuhan mikrobia yang lain. Metode yang paling efektif adalah sterilisasi karena mampu membunuh Clostridium botulinum yang menyebabkan keracunan. Clostridum botulinum hanya dapat dimusnahkan pada temperatur di atas titik didih. Ada tidaknya Clostridum botulinum dalam makanan kaleng dijadikan tolok ukur (parameter) keberhasilan proses pengalengan. Dalam setiap proses pengalengan bahan pangan.
Makanan dengan keasaman rendah, (pH lebih besar dari 4,6) memerlukan sterilisasi di bawah temperatur tinggi (116 – 130oC). Untuk mendapatkan temperatur di atas titik didih perlu menggunakan sebuah alat untuk mengkondisikan tekanan udara (biasanya menggunakan autoclave). Makanan yang harus disterilisasi dalam autoclave termasuk kebanyakan sayuran, daging, makanan laut, makanan yang berasal dari hewan dan susu. Hanya makanan yang berasal dari buah-buahann, sayuran diasamkan, atau makanan yang ditambahkan keasamanannya sampai pH kurang dari 4,6 dapat dikalengkan dengan aman dan menggunakan air mendidih biasa.
Nilai Gizi
Pengalengan merupakan salah satu cara pengolahan makanan untuk memperpanjang umur simpannya. Ide tersebut adalah untuk membuat makanan tersedia dan dapat dimakan dalam waktu yang lama sejak dilakukannya waktu pengolahan. Pada tahun 1997 sebuah penelitian menemukan bahwa buah-buahan dan sayur-sayuran yang dikalengkan menyediakan makanan berserat dan vitamin-vitamin sama seperti hubungan antara makanan segar dan yang dibekukan, dan dalam beberapa kasus, walaupun proses pemanasan selama pengalengan menyebabkan serat lebih mudah larut, dan karenanya lebih mudah difermentasi di dalam usus menjadi gas-gas dan physiologically active byproducts. Tomat-tomat yang dikalengkan memiliki kadar available lycopene lebih tinggi.
Masa Kedaluwarsa
Untuk meningkatkan keamanan pangan bagi mereka yang memakan makanan kaleng, pemerintah mewajibkan perusahaan untuk mencantumkan kode produksi dan masa kedaluwarsa di kaleng makanan untuk memberikan informasi yang relevan terkait dengan kesehatan. Masa keladuwarsa ditetapkan berdasarkan riset yang terus menerus untuk mengetahui umur simpan dari produk tersebut.
Migrasi komponen-komponen Kaleng
Dalam toksikologi pengalengan, migrasi merupakan pergerakan subsatansi-substansi dari kaleng itu sendiri ke dalam isi kaleng. Substansi-substansi yang berpotensi racun yang dapat bermigrasi merupakan pemicu, menyebabkan keracunan, atau bisphenol A, yang berpotensi mengganggu endokrin (a potential endocrine disruptor) yang terkandung dalam epoksi yang umumnya digunakan untuk melapisi bagian dalam kaleng.
Kadar Garam
Makanan kaleng dapat menjadi sebuah sumber garam (sodium chloride). Terlalu banyak garam meningkatkan resiko masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi (high blood pressure) Oleh karena itu, harus ada batas kadar garam yang diijinkan bagi makanan kaleng. Beberapa produk kalengan tersedia dalam alternatif dengan kadar garam rendah (low-salt) dan tidak mengandung garam (no-salt).
Botulism
Foodborne botulism dihasilkan dari kontaminasi persediaan makanan dimana spora-spora C. botulinum tumbuh dan menghasilkan botulism toxin dan hal ini terjadi pada substansi-substansi makanan kaleng tidak berasam (canned non-acidic food substances). C. botulinum memilih lingkungan dengan oksigen yang rendah, dan karenanya tumbuh di dalam makanan kaleng. Botulism jarang terjadi tetapi merupakan penyakit paralytic serius yang diawali dari otot” muka dan kemudian menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain. Dalam kasus yang jarang terjadi, botulism menyebabkan paralysis otot-otot pernafasan dan menyebabkan gangguan pernafasan.
Pemilihan Makanan Kaleng
Dalam memilih makanan kaleng ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: tanggal kedaluwarsa yang tertera di kemasan masih lama dan kondisi kaleng masih bagus, tidak menggelembung atau penyok. Rusaknya kemasan kaleng memungkinkan masuknya bakteri ke dalam kaleng dan berkembang biak dengan pesat karena dari asalnya yang steril memungkinkan rendahnya persaingan mikroba di dalamnya.
Penutup
Bagaimanapun sebagus-bagusnya makanan kaleng masih lebih baik makanan segar. Hal ini dapat dipahami karena nutrisi yang terkandung dalam bahan pangan menurun dengan semakin tingginya suhu dan lamanya waktu pengolahan. Selain itu harga makanan segar relatif lebih murah dibandingkan dengan makanan kaleng (ESR).
PROSES PENGALENGAN BAHAN PANGAN
PROSES PENGALENGAN BAHAN PANGAN

Tahapan
Proses Pengalengan
Pada
dasarnya prinsip-prinsip pengolahan dalam pengalengan, baik dilakukan di rumah
maupun di pabrik ternyata sama saja. Tahapan pengalengan terdiri dari :
Penyiapan
wadah, penyiapan bahan mentah, pengisian ke dalam wadah, dan proses
pengalengan.
Penyiapan
Wadah
Penyiapan
wadah terdiri dari proses :
1.
Pembersihan wadah sebelum dipakai
Wadah
perlu dicuci terlebih dahulu, dan kemudian dibersihkan dari sisa-sisa air
pencuci.
2.
Pemberian kode
Pada
wadah perlu diberikan kode tentang tingkat kualitas bahan yang diisikan ,
tanggal, tempat, dan nomor dari batch pengolahan. Hal ini perlu dilakukan untuk
memudahkan pemeriksaan jika ada suatu kerusakan atau kelainan yang terjadi pada
produk akhir yang dihasilkan.
Penyiapan
Bahan Mentah
Penyiapan
bahan umumnya terdiri dari pemilihan/sortasi dan grading, pencucian, pengupasan
atau pemotongan bahan mentah
1.
Pemilihan (Sortasi/Grading)
Dipilih
bahan yang masak optimal untuk buah-buahan dan bahan yang berkualitas untuk
sayuran, daging atau ikan. Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan
ukuran/diameter, berat jenis atau warna.
2.
Pembersihan (Washing)
Pembersihan
dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari bahan baku; dapat
dilakukan dengan cara pencucian dengan air dingin untuk sayur- sayuran dan
buah-buahan, dan menghilangkan bagian-bagian yang tidak diinginkan untuk daging
dan ikan. Pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam atau menyemprot bahan
dengan air.
3.
Pengupasan
Tujuan
pengupasan ialah membuang bagian-bagian yang tidak dapat dimakan dan tidak
diinginkan, seperti kulit, tangkai, bagian-bagian yang cacat atau busuk, dll.
Pengupasan dapat dilakukan dengan :
•
Pisau (Sebaiknya stainless steel)
•
Secara mekanis
•
Larutan alkali (lye peeling)
Konsentarsi
larutan alkali (NaOH) yang dipakai tergantung dari jenis dan tingkat kematangan
bahan, umumnya sekitar 1,5 – 2,0 %. Pada cara pengelupasan dengan larutan NaOH,
bahan biasanya direndam dalam larutan tersebut, kemudian dicuci dengan air yang
telah ditambah asam.
4.
Blansing
Dilakukan
pada sayur-sayuran dan buah-buahan. Blansing dapat dilakukan dengan merendamnya
sebentar dalam air mendidih atau dengan uap air panas, kemudian diikuti dengan
pendinginan dalam air. Umumnya untuk bahan yang dibekukan dilakukan dengan uap
air panas, sedangkan pada bahan yang akan dikalengkan digunakan blansing dengan
cara perendaman dalam air panas.
5.
Penambahan Bahan Tertentu
Larutan
garam dengan konsentrasi 1- 3 % sebagai media untuk sayur-sayuran, daging, dan
ikan
Minyak
dipakai untuk pengalengan ikan
Larutan
sirup (sukrosa atau glukosa) untuk pengalengan buah-buahan
Pengisian
(Filling)
Pengisian
bahan ke dalam wadah (kaleng atau botol) harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu banyak udara tertahan dalam wadah. Pengisian bahan
jangan terlalu penuh dan harus disisakan tempat kosong di bagian atas wadah (”
head space “). Volume head space tak lebih dari 10 % dari kapasitas wadah.
Gunanya head space adalah supaya waktu proses sterilisasi masih ada tempat
untuk pengembangan isi. Pengisian bahan dilakukan dengan tangan atau mesin.
Besar ” head space ” dalam wadah sangat penting. Bila terlalu kecil akan sangat
berbahaya, karena ujung kaleng akan pecah akibat pengembangan isi selama
pengolahan. Bila head space tidak cukup, kecepatan pemindahan panas menurun,
dengan demikian waktu pengolahan lebih lama. Sebaliknya apabila ” head space ”
terlalu besar, udara yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih banyak,
sehingga dapat menyebabkan oksidasi dan perubahan warna bahan yang dikalengkan.
Dalam
pengalengan buah- buahan, kaleng diisi dengan buah-buahan dahulu, kemudian
ditambahkan larutan gula; konsentrasinya berbeda-beda tergantung dari jenis
buah dan kualitas produknya. Buah-buahan yang sudah manis menggunakan larutan
gula yang lebih encer. Demikian pula untuk menghasilkan produk dengan kualitas
lebih rendah dipakai larutan gula yang encer, sedangkan untuk kualitas baik
dipakai larutan kental. Dalam pengalengan buah-buahan, sirup berfungsi sebagai
:
- Bahan pemanis
- Pemberi flavor
- Mengurangi rasa asam
- Membantu dalam pengawetan bahan, karena sifat osmotiknya.
- Mengusir udara dan gas dari wadah dan bahan serta mengurangi tekanan selama pengolahan
- Pada beberapa bahan pangan misalnya apel dapat mencegah pencoklatan
Untuk
pengalengan sayuran, digunakan larutan garam. Penambahan garam ke dalam wadah
dapat berbentuk larutan garam atau tablet garam, kemudian ditambahkan air
secukupnya untuk memperoleh konsentrasi yang diinginkan.
Proses
Pengalengan
Terdiri
dari beberapa tahap yaitu :
1.
Pembuangan Udara/Penghampaan / (Exhausting)
2.
Penutupan Wadah (Sealing)
3.
Sterilisasi (Processing)
4.
Pendinginan (Cooling)
1.
Pembuangan Udara/Penghampaan/Exhausting
Sebelum
wadah ditutup, biasanya dilakukan penghampaan/exhausting untuk memperoleh
keadaan vakum parsial.
Tujuan
penghampaan:
Untuk
memperoleh keadaan vakum dalam wadah yaitu dengan jalan mengeluarkan udara terutama
oksigen (O2) yang ada dalam head space
- Maksud penghampaan :
- Mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan dalam wadah pada waktu sterilisasi
- Mengeluarkan O2 dan gas-gas dari makanan dan kaleng
- Mengurangi kemungkinan terjadinya karat atau korosi
- Agar tutup kaleng tetap cekung
- mencegah reaksi oksidasi yang dapat menimbulkan kerusakan flavor serta kerusakan vitamin, misalnya vitamin A dan vitamin C
Udara
dan gas yang dikeluarkan dari isi kaleng ditampung dalam head space yaitu
ruangan antara tutup wadah dan permukaan bahan. Head space ini perlu untuk
menampung gas-gas yang timbul akibat reaksi-reaksi kimia dalam bahan dan juga
agitasi (pengadukan) serta isi kaleng selama sterilisasi.
Penghampaan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
•
Exhausting termal
Wadah
yang telah diisi bahan dipanaskan untuk mengeluarkan gas-gas, baru ditutup. Hal
ini dimungkinkan karena daya larut udara pada suhu tinggi dalam head space
rendah, sehingga akan keluar bersama-sama dengan uap air. Wadah akan diisi oleh
uap air. Pada pendinginan kembali, uap air dalam head space akan mengembun
kembali, dan terjadilah keadaan vakum.
•
Cara pengisian panas-panas.
Bahan
makanan dipanaskan sampai 71 – 82 oC, kemudian diisikan panas-panas ke dalam
wadah dan langsung ditutup.
•
Secara mekanis menggunakan pompa vakum
•
Dengan cara menginjeksikan uap air panas ke dalam head space untuk menggantikan
udara dan gas-gas, selanjutnya wadah ditutup, lalu didinginkan agar uap air
mengembun dan terjadi keadaan vakum.
•
Kombinasi dari cara-cara tersebut di atas.
Metode
mana yang dipilih, tergantung dari sifat-sifat produknya; untuk sayur sayuran
biasanya digunakan exhausting termal, sedangkan untuk juice tomat digunakan
cara pengisian panas-panas. Cara menentukan suhu kaleng dapat dilihat pada
Gambar 6.6 dan cara penghampaan dapat dilihat pada Gambar 6.7.
2.
Penutupan Wadah (Sealing)
Tujuan
penutupan wadah : Memasang tutup dari wadah sedemikian rupa, sehingga
faktor-faktor penyebab kerusakan tidak dapat masuk lagi ke dalamnya setelah
dilakukan sterilisasi.
Penutupan
kaleng dilakukan dengan alat khusus. Penutupan kaleng harus sempurna, sebab
kebocoran dapat merusak produknya. Sebelum wadah ditutup diperiksa dahulu
apakah head space-nya sudah cukup dan sesuai dengan perhitungan. Setelah
ditutup sempurna, kaleng/wadah perlu dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang
menempel pada dinding kaleng / wadah. Pencucian dilakukan dengan air panas
(suhu sekitar 82,2 oC) yang mengandung larutan H2PO4 dengan konsentrasi 1,0 –
1,5 %, kemudian dibilas dengan air bersih beberapa kali.
3.
Sterilisasi (Processing)
Sterilisasi
(Processing) pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada
suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktorfaktor
penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over
cooking) pada makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121 oC selama 20 – 40
menit, tergantung dari jenis bahan makanan. Setiap jenis bahan pangan mempunyai
suhu dan lama sterilisasi yang berbeda, tergantung dari :
•
Kecepatan penetrasi panas ke dalam bahan pangan.
Kecepatan
penetrasi panas dipengaruhi pula oleh konsistensi bahan
•
Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit.
Faktor
ini ditentukan oleh jenis bakteri, jumlah bakteri pada saat akan dilakukan
sterilisasi dan pH dari bahan pangan.
Pada
umumnya suhu sterilisasi yang biasa dilakukan pada sayur-sayuran, daging, atau
unggas di atas 100 oC ( pada 121 oC), sedangkan untuk buah-buahan pada suhu 100
oC.
4.
Pendinginan (Cooling)
Apakah
Tujuan Pendinginan dan Bagaimana Caranya Melakukan Pendinginan ?
Tujuan
Pendinginan :
•
mencegah lewat pemasakan (over cooking) dari bahan pangan
•
mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum
mati
Cara
Pendinginan :
Kaleng
/ wadah yang sudah dipanaskan kemudian didinginkan dengan air dingin sampai
suhunya 35 – 40 oC. Pendinginan dapat dilakukan :
#
di dalam otoklaf sebelum autoklaf dibuka atau
#
di luar otoklaf dengan jalan menyemprotkan air dingin. Air pendingin sebaiknya
mengalami khlorinasi terlebih dahulu.
Pendinginan
dilakukan sampai suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air yang
menempel pada dinding wadah cepat menguap, sehingga terjadinya karat dapat
dicegah.
Apakah
Tujuan dan Syarat Penyimpanan (Storage ) ?
Tujuan
penyimpanan : agar makanan yang dikalengkan tidak berubah kualitasnya maupun
kenampakannya sampai saat akan diangkut / dipasarkan. Suhu penyimpanan yang
dapat mempertahankan kualitas bahan yang disimpan adalah 15oC. Suhu penyimpanan
yang tinggi dapat mempercepat terjadinya :
•
korosi kaleng
•
perubahan tekstur, warna, rasa serta aroma makanan kaleng
Syarat-syarat
penyimpanan yang baik :
1.
Suhu rendah
2.
RH rendah
3.
Ventilasi atau pertukaran udara di dalam ruangan penyimpanan harus baik.
Kerusakan
Makanan Kaleng
Pada
umumnya kerusakan utama pada makanan kaleng ditimbulkan oleh kurang sempurnanya
proses termal dan pencemaran kembali sesudah pengolahan. Kerusakan makanan
kaleng dapat disebabkan tiga hal yaitu :
1.
Keadaan terlipatnya sambungan-sambungan kaleng
2.
Kontaminasi bakteriologisdari air pencuci atau air pendingin.
3.
Peralatan pengalengan bekerja kurang baik
Macam-macam
kerusakan yang sering dijumpai antara lain :
a.
Perubahan Warna
•
Warna produk yang dikalengkan menjadi pucat.
•
Warna produk menjadi hitam/coklat pada permukaan makanan
•
Perubahan warna karena adanya tembaga, besi dan timbal
b.
Kerusakan karena Sulfida
Beberapa
jenis bakteri termofil ternyata dapat membentuk gas H2S. Kaleng tidak menjadi
cembung
dan tetap vakum, ditemukan pada makanan kaleng dari jagung, kacang polong,
bayam, asparagus.
c.
Flat Sours
Flat
sours disebabkan oleh bakteri yang membentuk asam, tetapi tidak menimbulkan
gas. Bakteri ini termasuk fakultatif anaerob. Kaleng tetap datar/cekung. Jenis
ini sukar diperiksa, karena baru diketahui setelah kalengnya dibuka.
d.
Penggembungan Kaleng
Penyebabnya
adalah bakteri-bakteri yang membentuk gas. Organisme yang tidak membentuk spora
dalam bahan makanan yang asam termasuk tipe fakultatif atau obligat aerob.
Dalam makanan yang tidak asam, swell tersebut disebabkan bakteri obligat
anaerob. Penggembungan kaleng dapat disebabkan karena timbulnya gas CO2 atau
H2. Isi kaleng dapat mengalami perubahan warna, rasa, dan terbentuk senyawa
yang berbau tidak sedap. Pada kaleng yang berisi buah-buahan, dapat terjadi
penggembungan kaleng karena adanya reaksi asam dari buah-buahan dengan senyawa
logam dan menghasilkan H2.
Proses
ini berjalan sangat lambat, baru terlihat setelah beberapa bulan bahkan
beberapa tahun. Kerusakan ini terutama terjadi pada makanan yang asam.
Penggembungan kaleng dapat pula terjadi karena pengisian kaleng terlalu penuh
(over filling), sehingga waktu disterilkan kaleng menjadi gembung. Meskipun
demikian makanan kaleng ini tidak rusak.
e.
Lain-lain
Hal
ini disebabkan adanya kebocoran kaleng, sehingga kaleng menjadi kurang vakum.
Sayuran dapat menjadi liat atau keras, karena air yang digunakan ialah air
sadah atau banyak mengandung garam kalsium.
SERBA-SERBI MANFAAT TELUR DAN KANDUNGANNYA
SERBA-SERBI MANFAAT TELUR DAN KANDUNGANNYA
Telur
termasuk dalam menu yang dianjurkan agar kebutuhan gizi seimbang kita
terpenuhi. Namun, tahukah Anda bahwa telur kini dapat dikategorikan sebagai
makanan super yang baru?
Telur
bahkan dilaporkan memiliki kemampuan untuk mengatasi obesitas, demikian hasil
penelitian yang dipimpin oleh Dr Carrie Ruxton, PhD, ahli nutrisi dari King’s
College, London. Selain sebagai sumber protein, telur juga diperkaya dengan
vitamin D, vitamin B12, dan asam amino, yang diperlukan untuk perkembangan anak
dan pemulihan fisik pada orang dewasa.

Penelitian
Ruxton juga menunjukkan bahwa telur memainkan peran penting dalam menjaga
kebugaran dan bentuk badan. Telur berukuran sedang memiliki kurang dari 80
kalori sehingga akan menjadi alternatif menu sarapan yang baik jika Anda
termasuk yang memedulikan ukuran kalori. Bahkan, pada 1979, Margaret Thatcher
dilaporkan mengalami penurunan berat badan berkat diet singkat dengan
mengonsumsi 28 telur per minggu.
“Ada
manfaat gizi yang jelas dengan mengonsumsi telur secara teratur,” ujar Ruxton.
Menurut dia, sebutir telur setiap hari akan menyediakan kebutuhan gizi harian
akan vitamin D yang diperlukan untuk kesehatan tulang dan mencegah penyakit
jantung.
Tidak
disebutkan dalam penelitian benarkah kuning telur adalah penyebab kolesterol
dan bagaimana pengaruhnya terhadap program penurunan berat badan tersebut.
Namun, dalam hal makanan, pada dasarnya moderasi adalah kuncinya. Jika ingin
aman, hanya konsumsi bagian putih telurnya saja untuk mendapatkan manfaat
proteinnya.
Telur
dapat Disantap Tiap Hari
Kuning
telur kaya akan nutrisi esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Salah
satunya adalah kolin. Kolin penting untuk menjaga kelancaran fungsi metabolisme
tubuh. Banyak mitos yang menyebutkan kalau mengonsumsi kuning telur dapat
menimbulkan risiko penyakit jantung. Padahal, hasil penelitian yang dimuat
dalam American Journal of Clinic Nutrition menyebutkan bahwa telur hanya
memiliki sedikit kadar lemak jenuh sehingga tidak mengganggu kesehatan jantung.

Yang
jadi masalah adalah jika telur digoreng, kemudian dikonsumsi setiap hari lebih
dari sebutir oleh penderita sakit jantung atau orang dengan kecenderungan sakit
jantung. Demikian dikatakan dr Lany Dewi Wijono, SpGK, ahli gizi dari RS Mitra
Kemayoran.
Sebenarnya,
lanjut dr Lany, kebutuhan seseorang akan suatu nutrisi, termasuk protein dan
vitamin dalam telur, berbeda-beda tergantung kondisi dan aktivitas
masing-masing.
Satu
kuning telur mengandung 25 persen kebutuhan kolin harian. Untuk penderita sakit
jantung, cukup konsumsi 2 kuning telur setiap minggu. Jika tak punya riwayat
penyakit jantung, kita boleh mengonsumsi sebutir telur rebus setiap hari.
Fakta
Menarik Telur
Sebagai
bahan makanan, telur memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh. Rasanya
enak, mudah dicerna, dan cocok dikonsumsi semua golongan umur, mulai dari bayi
hingga para lansia. Kelebihan lain dari telur adalah bisa diolah menjadi
berbagai jenis lauk pauk yang lezat.
Untuk
mengenal lebih dekat sumber gizi yang murah ini, simak 12 fakta menarik tentang
telur yang mungkin belum Anda ketahui.
1.
Telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100 persen.
Bandingkan dengan daging ayam (80 persen) dan susu (75 persen).
2.
Kulit telur terbuat dari kalsium karbonat yang juga merupakan bahan dasar utama
beberapa jenis antacids. Sekitar 9-12 persen berat telur terdiri dari kulitnya.
Kulit telur juga memiliki pori-pori sehingga oksigen bisa masuk dan karbon
dioksida serta hawa lembab keluar.
3.
Putih telur terbuat dari protein yang disebut albumen dan juga mengandung
niasin (vitamin B3), riboflavin (vitamin B2), klorin, magnesium, potasium,
sodium dan sulfur. Putih telur ini mengandung 57 persen dari protein telur.
4.
Warna kuning dari telur ditentukan oleh makanan ayam betina. Makin banyak
padi-padian yang memiliki pigmen kuning dan oranye yang dimakan si ayam betina,
makin kentallah warna kuning telurnya.
5.
Warna telur juga bervariasi sesuai usia dan faktor lainnya. Menurut Egg Safety
Center, Amerika, warna putih telur yang agak keruh justru menandakan bahwa
telur itu segar. Warna putih yang jernih menandakan telur itu berasal dari ayam
yang sudah tua. Hindari mengonsumsi telur yang warna putih agak merah muda atau
berubah warna lain.
6.
Terkadang ada sedikit darah dalam telur. Darah ini berasal dari pembuluh darah
di kuning telur yang pecah. Namun, telur ini tetap aman dikonsumsi.
7.
Ketika ditetaskan, suhu telur sekitar 40,5 derajat celsius. Semakin dingin,
cairan di dalamnya akan mengendap dan terbentuk sel udara di antara dua lapisan
telur.
8.
Seekor ayam betina mampu bertelur 250-270 telur setiap tahunnya.
9.
Sebagian besar rakyat Amerika lebih menyukai telur ayam yang berwarna putih. Di
Indonesia, telur ayam kebanyakan berwarna coklat.
10.
Dibandingkan dengan telur ayam, telur itik memiliki bau yang lebih amis dan
kulitnya memiliki pori yang lebih besar sehingga lebih cocok dijadikan telur
asin.
Alasan
Perlu Makan Telur
Telur
itu sungguh lezat, terutama bagian kuning telurnya. Tak heran bila orang senang
mengolah telur menjadi lauk teman makan nasi. Selain lezat, telur ternyata juga
menyimpan berbagai manfaat untuk kesehatan. Bila Anda masih ragu untuk
mengonsumsi telur karena khawatir kolesterol naik, ada tujuh hal yang bisa Anda
pertimbangkan lagi:
1.
Sumber protein. Telur sumber protein yang alami, bahkan merupakan satu dari
protein berkualitas tertinggi. Bahan makanan ini menyediakan semua asam amino
yang diperlukan oleh tubuh kita.
2.
Sumber energi. Butuh sarapan kilat? Ambil saja telur rebus. Penelitian
menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan berprotein tinggi untuk sarapan, seperti
telur, bisa membantu Anda merasa lebih berenergi dan lebih kenyang sepanjang
hari. Manfaat sarapan sendiri juga untuk memperbaiki memori dan meningkatkan
konsentrasi.
3.
Telur itu ekonomis. Bila dirata-rata, per butir telur harganya hanya Rp
1.200-Rp 1.400. Artinya, jauh lebih murah daripada bahan makanan berprotein
tinggi lain per porsinya.
4.
Telur baik untuk jantung. Penelitian yang telah dilakukan selama lebih dari 30
tahun menyimpulkan bahwa orang dewasa yang sehat bisa menikmati telur tanpa
memengaruhi risiko penyakit jantung.
5.
Gampang dimasak. Hanya dengan direbus, dibuat telur mata sapi, atau telur
dadar, Anda bisa mendapatkan sarapan yang lezat. Waktu memasaknya tak lebih
lama daripada jika Anda membuat sereal atau oatmeal.
6.
Baik untuk perkembangan janin. Telur merupakan sumber kolin, nutrisi penting untuk
perkembangan janin dan bayi. Ibu hamil yang mendapatkan cukup kolin dalam menu
makanannya bisa membantu mengurangi risiko cacat lahir tertentu pada bayi, dan
mendukung perkembangan otak dan memorinya.
7.
Mengandung vitamin dan mineral. Sebutir telur memiliki 13 vitamin dan mineral
penting dalam jumlah yang bervariasi. Sebutir telur juga hanya mengandung 70
kalori. Jadi selama tak dikonsumsi berlebihan, telur aman dikonsumsi setiap
hari.
Agar
Telur Aman Dikonsumsi
Mahalnya
harga berbagai sumber protein hewani membuat banyak orang harus memutar akal
guna mendapatkan pangan lain yang memiliki kandungan nutrisi setara. Mengapa
tidak mencoba telur? Telur adalah salah satu bahan makanan sumber protein yang
mudah dicerna dan dapat diolah menjadi beragam variasi makanan.
Agar
telur yang dikonsumsi aman dan terhindar dari kontaminasi bakteri, ada beberapa
hal yang perlu Anda ketahui.
Memilih
dan menyimpan – Saat ini di pasaran tersedia telur yang sudah di-pasteurisasi.
Ini berarti telur tersebut dipanaskan dalam suhu tinggi secara cepat sehingga
bakteri salmonela yang mungkin mengontaminasi sudah dihilangkan. Jika Anda
khawatir dengan kontaminasi bakteri, Anda bisa memilih jenis telur ini.
–
Pilihlah telur yang segar dan kulitnya utuh atau tidak retak.
–
Bakteri salmonela, yang berasal dari kotoran ayam, berkembang biak dengan cepat
pada suhu ruangan. Oleh karena itu, pastikan telur yang Anda beli disimpan
dalam suhu yang tepat saat dibeli dan segera simpan dalam kulkas.
–
Sebelum ditaruh di kulkas, cuci telur dalam air mengalir agar kotoran dan
bakteri yang menempel tidak ikut mencemari makanan di kulkas.
–
Departemen Pertanian Amerika menyebutkan, cara terbaik untuk menyimpan telur di
kulkas adalah di karton atau bungkus telur. Simpanlah dalam bagian terdingin
dari kulkas Anda dan ini berarti bukan di bagian pintu. Suhu terbaik untuk
penyimpanan adalah di bawah lima derajat celsius.
–
Waktu penyimpanan terbaik untuk telur mentah maksimal adalah tiga sampai lima
minggu.
Cara
pengolahan – Telur segar bisa saja mengandung bakteri Salmonella enteritidis.
Bakteri ini berbahaya untuk anak-anak dan ibu hamil. Oleh karena itu, pastikan
telur yang dikonsumsi sudah dimasak dengan matang.
–
Segera konsumsi telur selagi hangat. Telur yang sudah dibiarkan terlalu lama
bisa kehilangan sebagian zat gizinya.
Hindari
makan Telur Mentah
Masih
banyak orang yang takut mengonsumsi telur karena berbagai alasan yang dikaitkan
dengan gangguan kesehatan. Contohnya, telur dianggap dapat meningkatkan kadar
kolesterol.
Alasannya
mungkin begini. Kandungan kolesterol pada sebutir kuning telur adalah sekitar
213 mg. Ini sedikit di bawah anjuran asupan maksimal harian, yaitu 300 mg.
Karena itu, kuning telur dicap sebagai biang keladi peningkatan kadar
kolesterol selama beberapa dasawarsa.
Untunglah,
tahun 2000 lalu, American Heart Association mengeluarkan anjuran pola makan
untuk jantung sehat dengan memperbolehkan asupan kuning telur satu butir tiap
hari. Yang penting, jaga asupan kolesterol maksimal 300 mg setiap hari. Menurut
para ilmuwan, yang sangat berperan dalam peningkatan kadar kolesterol adalah
asupan lemak jenuh, seperti lemak daging hewan, susu full-cream, dan lemak
jenuh nabati.
Di
luar masalah kandungan kolesterol, cara pengolahan telur sendiri perlu
diperhatikan. Gunanya agar gizi telur tidak rusak. Berikut ini petunjuknya:
*
Agar kuning telur tidak berwarna keabu-abuan dan berbau, rebuslah selama 10
menit. Setelah itu, masukkan ke dalam air dingin. Jika ingin telur setengah
matang, rebus selama 5 menit, lalu masukkan ke air dingin.
*
Hindari makan telur mentah karena mungkin terkontaminasi bakteri Salmonella.
Kontaminasi salmonela dalam telur bisa terjadi lewat berbagai cara. Salah
satunya adalah kontaminasi tinja yang mengandung bakteri pada kulit telur.
Mengonsumsi telur yang sudah terkontaminasi bakteri ini bisa menyebabkan Anda
diare, kram perut, dan demam, dalam jangka waktu 8-72 jam pasca-mengonsumsi
telur yang tercemar bakteri.
*
Untuk mengurangi risiko peningkatan kadar kolesterol, konsumsilah telur yang
kemasannya tertulis mengandung Omega-3. Telur jenis ini berasal dari ayam yang
diberi pakan khusus, sehingga kandungan Omega-3 dan vitamin E-nya lebih banyak
dibandingkan dengan jenis telur ayam yang biasa.
*
Untuk membatasi asupan kalori, terutama bagi penggemar telur goreng, gunakan
wajan anti lengket yang dioles sedikit minyak.
Cara
Memilih Telur
Untuk
mendapatkan kualitas telur yang baik, pilih dan simpanlah telur dengan cara
tepat berikut ini:
*
Kebersihan cangkang. Pilihlah telur yang cangkangnya bersih, mulus, tidak
retak, dan warnanya cerah. Telur dengan ciri-ciri di atas biasanya masih baru
dan segar. Warna cangkang telur yang kusam atau keruh, adn mulai timbul
bintik-bintik hitam biasanya menandakan telur itu sudah lama karena sudah
berjamur.
*
Mengguncang telur. Telur yang bagus tidak mengeluarkan suara saat diguncang.
Artinya tidak ada bagian telur yang rusak (misalnya kuning telur yang pecah).
*
Menyorot dengan lampu. Saat disoroti lampu, telur yang bagus terlihat jernih
dan terang.
*
Masukkan ke dalam air. Bila dimasukkan ke dalam air, telur yang baik akan
tenggelam.
*
Bersihkan telur dengan cara yang tepat. Jangan mencuci telur yang baru dibeli,
sebab pencucian telur sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Bersihkan
cangkang telur dari kotoran yang menempel dengan lap.
*
Simpan di lemari es. Letakkan telur di rak telur dalam kulkas. Posisi telur
sebaiknya berdiri dengan bagian yang lebih lebar di bagian bawah. Cara ini
menjaga posisi kuning telur tetap berada di tengah.
*
Jauhkan dari bahan makanan lain. Kulit telur juga berpori-pori, karena itu
hindari meletakkannya berdekatan dengan bahan masakan berbau tajam seperti
jengkol. Kalau tidak begitu, jangan kaget jika olahan telur Anda berbau
jengkol.
Waspadai
Kontaminasi Bakteri
Telur
merupakan salah satu sumber pangan dengan kandungan protein dan nutrisi
esensial yang dibutuhkan manusia. Namun, di balik penampilan kulit yang tampak
mulus, telur ternyata mudah rusak akibat bakteri, antara lain oleh bakteri
salmonela.
Baru-baru
ini ribuan orang di Amerika Serikat dilaporkan terjangkit penyakit akibat wabah
salmonela setelah mengonsumsi telur. Salmonela sendiri bisa menyebabkan diare,
kram perut, dan demam dalam jangka waktu 8-72 jam pasca-mengonsumsi telur yang
tercemar bakteri.
Kontaminasi
salmonela dalam telur bisa terjadi lewat berbagai cara. Salah satunya adalah
kontaminasi tinja yang mengandung bakteri pada kulit telur. Bakteri salmonela
terdapat dalam saluran pencernaan serta tinja hewan dan manusia yang terinfeksi
bakteri. Bakteri ini bisa berpindah ketika ayam menduduki tinja tersebut.
Sebenarnya
sudah ada standar pemeriksaan kulit telur di peternakan untuk mencegah agar
telur yang terkontaminasi bakteri tidak masuk ke pasaran. Namun, salmonela bisa
tersembunyi di dalam ovarium ayam betina yang sehat sehingga bisa menularkan
bakteri, bahkan sebelum ayam bertelur.
Menurut
Rob Gravani, ahli ilmu pangan dari Cornell University, bakteri salmonela bisa
mencemari semua jenis ayam. Oleh karena itu, tidak ada jaminan bahwa telur yang
dijual dengan label “organik” atau “natural” mengandung lebih sedikit bakteri.
Salah
satu cara untuk mencegah penularan salmonela adalah tidak mengonsumsi telur
yang masih setengah matang atau mentah karena proses pemasakan bisa membunuh
bakteri. Suhu pemasakan yang disarankan minimal 71 derajat celsius. Hal ini
penting, mengingat agak sulit untuk menilai dari luar apakah telur yang kita
beli bebas bakteri atau tidak.
Gatal
Setelah Makan Telur
Setiap
kali makan telur, kulit Anda gatal-gatal? Padahal sebelumnya Anda tak pernah
mengalami rasa gatal ini. Apakah ini yang disebut dengan alergi telur?
Bagaimana cara mengatasinya? Apakah Anda tidak boleh makan telur lagi untuk
selamanya?
Menurut
Riani Susanto, ND, CT, naturapathy doctor, dan detoxification specialist,
alergi sebenarnya terjadi ketika daya tahan tubuh merespons terhadap sesuatu
yang tidak tepat, yang biasanya tidak berbahaya. Ini adalah bagian dari
mekanisme pertahanan tubuh kita.
Banyak
orang mengalami reaksi setelah mengonsumsi makanan tertentu. Namun, kebanyakan
bukan disebabkan alergi makanan (food allergy), melainkan food intolerance.
Hanya sekitar 6-8% anak dan 4% orang dewasa yang benar-benar bermasalah dengan
food allergy. Namun, banyak orang masih bingung dalam membedakan dua hal ini.
Untuk
kasus seperti gatal-gatal setiap makan telur (padahal dulu baik-baik saja),
kemungkinan yang terjadi adalah food intolerance. Kondisi ini lebih umum dan
tidak berbahaya, walaupun gejalanya seperti food allergy. Food intolerance terjadi
pada saat tubuh kita tidak bisa mencerna komponen yang terkandung dalam makanan
tertentu, dalam hal ini adalah protein dari telur.
Food
intolerance bisa menjadi food allergy jika kita tidak memperhatikan apa yang
diperlukan tubuh kita. Sebagai pencegahan, Anda perlu berhenti total atau tidak
mengonsumsi telur dalam jangka waktu tertentu. Atau, Anda juga bisa mengonsumsi
wholefood enzyme atau vegetarian enzyme, untuk membantu menghancurkan protein
yang terkandung dalam telur. Minumlah sebelum atau sesudah mengonsumsi makanan
yang mengandung protein tinggi.
Manfaat
dari Telur Puyuh
Beruntunglah
kita penduduk Indonesia. Telur puyuh bisa didapatkan dengan mudah dengan harga
relatif murah. Di kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara, telur puyuh dianggap
sebagai makanan mewah. Padahal, telur mungil itu memiliki manfaat segudang
banyaknya.
Dengan
berat 10 gram hingga 12 gram, satu butir telur puyuh berisi banyak unsur yang
dibutuhkan agar tubuh menjadi sehat. Nilai gizi telur puyuh tiga hingga empat
kali lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam, yang memiliki berat 50 hingga
70 gram per butir.
Telur
puyuh mengandung 13 persen protein, telur ayam hanya 11 persen. Selain itu,
telur puyuh mengandung 140 mu-g vitamin B1, bandingkan dengan 50 mu-g yang ada
di telur ayam. Kandungan vitamin A dan B2 telur puyuh dua kali telur ayam.
Telur
puyuh memiliki zat besi dan potasium lima kali lebih banyak daripada telur
ayam. Karena kandungan tersebut, telur puyuh masuk dalam kategori dietary food.
Bagusnya
telur puyuh tidak memiliki kolesterol jahat (LDL) dan sangat kaya dengan
kolesterol baik (HDL). Tak seperti telur ayam, telur puyuh tidak menyebabkan
alergi. Malah, telur puyuh bisa membantu mengatasi gejala alergi. Mereka
memiliki yang namanya protein ovomucoid, yang dipakai untuk produksi obat
antialergi.
Telur
puyuh dapat dimakan mentah. Tentunya, setelah telur tersebut dicuci dalam air
panas. Tidak perlu khawatir tentang adanya Salmonella karena suhu tubuh burung
puyuh lebih tinggi daripada ayam sehingga Salmonella tidak dapat hidup.
Dalam
artikel dari situs Gout Pain, disebutkan bahwa penderita asam urat sama sekali
tidak dilarang makan telur, termasuk telur puyuh. Itu karena telur mengandung
unsur purin yang rendah. Meski demikian, jumlah konsumsinya harus dibatasi.
Untuk telur ayam, hanya tiga butir per pekan, disesuaikan pula untuk konsumsi
telur puyuh. Yang berbahaya untuk penderita asam urat adalah burung puyuh itu
sendiri.
Merupakan
kebiasaan bagus untuk mengonsumsi 3-5 butir telur puyuh setiap pagi. Itu
gunanya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan memperbaiki proses metabolisme.
Setelah 3-4 bulan rutin makan telur puyuh, tubuh akan terasa selalu berenergi.
Telur
Ayam Kampung
Konsumsilah
telur ayam kampung, alih-alih ayam ras. Para peneliti dari Pennsylvania State
University mengatakan, ayam kampung menghasilkan telur dengan nutrisi esensial
yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan ayam ras. Kandungan vitamin E-nya
dua kali lipat lebih banyak, dan lemak omega-3-nya 2,5 kali lebih unggul. Semua
itu penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh, fungsi penglihatan, fungsi
otak, hingga kesehatan jantung kita.

Limpahan
gizi telur ayam kampung ini disebabkan oleh kondisi ayam yang menghasilkan
telur tersebut. Tidak seperti ayam negeri yang diternakkan di dalam kandang,
ayam kampung diternakkan dengan membiarkannya berkeliaran di udara terbuka.
Oleh karenanya, ayam kampung mendapat bahan makanan alami, seperti biji-bijian,
tanaman hijau, serangga, dan cacing. Berada di ruang terbuka juga memungkinkan
ayam kampung untuk mendapatkan udara bersih dan cukup sinar matahari.
Selain
vitamin E dan asam lemak omega-3 yang lebih banyak, telur ayam kampung juga
memiliki kolesterol 1/3 lebih sedikit, lemak jenuh 1/4 lebih sedikit, vitamin A
yang 2/3 lebih banyak, dan beta karoten tujuh kali lebih banyak. Kandungan beta
karoten yang lebih banyak inilah yang menyebabkan kuning telurnya terlihat
lebih gelap. Kemudian, vitamin D-nya juga tiga sampai enam kali lebih banyak.
Karena
vitamin E dan D, omega-3, serta setengah dari protein pada telur ini didapatkan
dari kuning telurnya, Anda juga disarankan untuk mengonsumsi bagian lezat dari
telur ini. Kuning telur juga mengandung lecithin, yang bersama omega-3 akan
berfungsi menyeimbangkan kadar kolesterol dan lemak jenuhnya. Tentu, selama
Anda tidak berlebihan mengonsumsinya, Anda akan mendapatkan manfaat
kesehatannya dengan maksimal.
Cara
Menyimpan Telur
Pernah
kan, ketika telur dipecahkan, kuningnya tampak hancur berantakan? Atau, ketika
merebus kuning dan putih telur bercampur dan bentuk telur rebusnya sudah tak
lagi bulat? Ini bukan karena telurnya palsu, melainkan karena pengaruh
pencairan putih telur dan pecahnya kuning telur karena telurnya sudah lebih
dari lima hari setelah ditelurkan, dan berada dalam lingkungan di atas 25°C.
Seharusnya
telur yang dijual disimpan dalam lemari es atau pendingin. Sementara di sini,
apalagi di pasar atau supermarket, penyimpanan telur dalam kondisi suhu ruang.
Seharusnya telur disimpan di lemari es. Ketika akan digunakan barulah ditaruh
dalam suhu ruang.
Untuk
menyimpan telur di kulkas sebaiknya telur dalam keadaan bersih. Karena itu,
pilihlah telur yang bersih. Kalaupun perlu dicuci, maka cucilah dengan
menggunakan air hangat ditambah beberapa tetesan detergen cair. Air hangat akan
membuat cairan di dalam telur mengembang, sehingga air cucian dari luar yang
mungkin mengandung kuman tidak masuk ke dalam telur lewat pori-porinya. Kalau
menggunakan air dingin, cairan dalam telur cenderung menyusut dan menyerap
cairan dari luar lewat pori-pori kulit telur.
Larutan
detergen sendiri gunanya untuk membuat air di wadah cucian telur menjadi
bersifat asam, sehingga kuman mati dan terhalang masuk ke dalam pori-pori
telur. Kuman yang masuk ke dalam telur, apakah lewat pori-pori kulit telur atau
lewat kulit telur yang retak memungkinkan telur menjadi busuk.
Memanfaatkan
Putih Telur
Meskipun
si kuning telur lebih sering dipakai dalam membuat kue, jangan buru-buru
membuang putih telurnya, ya. Masih ada segudang ide untuk memanfaatkannya.
1.
Cara praktis menyimpan sisa putih telur dalam freezer adalah dituang ke dalam
cetakan es dan dibekukan. Ambil bongkahan es putih telur, masukkan ke dalam
plastik, lalu simpan dalam freezer. Jika akan digunakan, keluarkan dari freezer
dan simpan semalam di kulkas sampai mencair. Tahu tidak, 2 sendok makan putih
telur cair sama dengan 1 putih telur segar, lho!
2.
Cara paling sederhana mengolah sisa putih telur adalah dijadikan omelet manis
atau omelet asin. Tak kalah enak, kok, dengan omelet yang menggunakan kuning
telur! Atau, bisa juga dibuat kudapan ringan, meringue.
3.
Membuat omelet manis: kocok 100 ml putih telur hingga memutih, tambahkan 50 gr
gula pasir sambil dikocok sampai mengembang. Tambahkan 2 sendok makan tepung
terigu, aduk rata. Tuang dalam wajan antilengket, taburi potongan buah apel,
masak sampai kedua sisinya matang.
4.
Membuat omelet asin: iris tipis 4 buah bawang merah, 2 siung bawang putih, 2
batang daun bawang, dan irisan kol. Beri lada dan garam, aduk rata. Tuang dalam
wajan antilengket yang sudah diberi 2 sendok makan margarin, masak sampai
matang.
5.
Putih telur juga bisa divariasikan untuk membuat berbagai sajian, misalnya
Tumis Putih Telur Cabai Hijau. Caranya, kukus putih telur, beri 1 sendok teh
garam, ½ sendok teh lada, dan 1 sendok teh kaldu instan. Masukkan dalam kantong
plastik tahan panas, kukus sampai matang. Potong–potong putih telur, tumis
sambil tambahkan cabai merah, cabai hijau, kecap, salam, dan laos. Nah, jadilah
Tumis Putih Telur Cabai Hijau.
6.
Untuk kecantikan, putih telur pun punya banyak jasa, lho! Kocok sejumlah putih
telur hingga berbusa, gunakan sebagai masker wajah. Setelah kering, cuci bersih
wajah. Kulit akan terasa kencang dan segar. Ingat, jangan gunakan masker ini
jika alergi telur, ya!
7.
Untuk mengatasi luka bakar, putih telur juga bisa digunakan. Caranya, oleskan
putih telur ke area yang terkena panas, lalu tunggu sampai kering. Jika masih
terasa panas, oleskan kembali putih telur di area tadi.
Manfaat
Putih Telur
Selama
ini telur mendapat reputasi negatif sebagai salah satu makanan yang memberikan
kolesterol dan lemak tinggi. Padahal sebenarnya kita tak perlu menjauh dari
makanan nikmat ini. Sebab, kita hanya perlu menyisihkan kuning telur dan
menikmati putih telur untuk memberikan tubuh nutrisi sehat.
Nutrisi
apa saja yang bisa kita nikmati dari putih telur? Berikut daftar lengkap
manfaatnya:
Semakin
tua, semakin takut makan telur? Wajar saja, apalagi jika menurut medical check
up kadar kolesterol Anda cukup tinggi. Telur sendiri mengandung kolesterol dan
lemak yang tinggi.
Namun
bila Anda suka telur, Anda tidak perlu menghindarinya sama sekali. Buat telur
menjadi lebih sehat dengan membuang kuning telurnya. Sebab, putih telur yang
terkesan kurang menggairahkan itu ternyata memiliki berbagai kandungan nutrisi
yang penting bagi kesehatan. Plus, Anda tidak perlu khawatir mengonsumsi
terlalu banyak kalori dari putih telur.
Ingin
tahu apa saja kandungan nutrisi dalam putih telur?
Kalori
rendah
Sebutir
telur hanya mengandung 71 kalori (untuk telur berukuran besar). Self Nutrition
Data mengatakan, jika Anda membuang kuning telurnya, Anda sudah membuang 55
kalori. Artinya, putih telur saja hanya memiliki 16 kalori! Kemudian, daripada
memasak three-egg omelet, lebih baik Anda membuat satu omelet yang ditambah
dengan dua putih telur. Telur yang digunakan untuk three-egg omelet saja (tanpa
bahan lain seperti daging, keju, dan minyak untuk menggoreng) nilainya sudah
213 kalori. Sedangkan omelet yang dibuat dengan satu telur plus dua putih
telur, nilainya hanya 103 kalori.
Folat,
selenium, kalsium
Masih
ada lagi manfaat yang ditawarkan oleh putih telur. Bagian yang berwarna bening
ini sama sekali tidak berlemak (bandingkan dengan kuning telur yang mengandung
5 gr lemak, 2 gr-nya lemak jenuh). Jumlah lemak jenuh pada kuning telur sudah
mampu memenuhi sekitar 8 persen dari jumlah asupan yang disarankan dalam
sehari. Sementara itu, putih telur juga mengandung 1,3 mcg folat, 6,6 mcg
selenium, 2,3 mg kalsium, 3,6 mg magnesium, dan 4,9 mg fosfor.
Tidak
berkolesterol.
Mayo
Clinic mengungkapkan, telur memiliki kolesterol yang sangat tinggi. Bahkan pada
sebutir telur berukuran besar, kandungan kolesterolnya bisa memenuhi kebutuhan
kolesterol harian kita. Total kolesterol yang ada di dalam telur adalah 213 mg
dan semuanya ada di dalam kuning telur.
Jadi
yang perlu kita lakukan adalah mengeluarkan kuning telur dan menikmati putih
telur secara utuh. Sebab dalam keadaan normal, kebutuhan kolesterol kita adalah
300 mg setiap hari. Apabila kita menikmati kuning telur ditambah
makanan-makanan berkolesterol lainnya, inilah yang akan memicu berbagai
penyakit karena total kolesterol yang masuk ke dalam tubuh terlalu tinggi.
Sedangkan bagi kita yang mengidap penyakit diabetes atau gangguan kardiovaskuler,
jumlah kolesterol yang boleh kita konsumsi adalah 200 mg per hari.
Tinggi
protein.
Mayo
Clinic juga menyebutkan, putih telur adalah salah satu makanan yang kandungan
proteinnya sangat tinggi setelah ayam, ikan, dan daging tanpa lemak. Setengah
dari isi telur adalah protein yang jika ditimbang nilainya mencapai 6 gram.
Tapi nutrisi ini akan tereliminasi apabila kita menggoreng telur. Teknik
mengolah telur dengan digoreng hanya akan menambah kadar kolesterol dalam
telur. Rendah kalori.
Putih
telur adalah salah satu sumber protein terbesar, diikuti oleh daging tanpa
lemak, daging unggas, dan daging ikan. Lebih dari separuh kandungan protein
pada telur (6 gr), ada pada putih telurnya, demikian menurut Self Nutrition
Data. Putih telur saja, mengandung 4 gr protein (jika tanpa lemak dari kuning
telur dan faktor merugikan lainnya). Lemak pun tak akan Anda dapatkan, kecuali
Anda menggoreng telur dengan mentega atau minyak. Pilih sumber-sumber protein
rendah lemak sebagai bagian dari pola makan Anda, supaya Anda bisa mengurangi
risiko penyakit jantung.
Salah
satu makanan diet yang dapat mewujudkan keinginan kita memiliki perut rata
adalah dengan menikmati putih telur. Sebab nilai kalori pada putih telur adalah
71 kalori, plus ditambah kandungan proteinnya yang tinggi akan membuat kita
merasakan kenyang lebih lama.
Jadi
jangan musuhi telur. Kita hanya perlu memilih bagian mana dari telur yang dapat
dinikmati lebih banyak. Sehingga dengan demikian, telur bisa menjadi makanan
bersahabat bagi jantung dan lingkar pinggang kita.
Kolesterol
yang terdapat pada telur ternyata paling banyak berada pada kuning telur. Oleh
karena itu, Anda bisa menggunakan putih telur dalam masakan atau makanan
sehari-hari untuk menurunkan tingkat kolesterol.
Putih
telur = sumber protein alami
Putih
telur mengandung 40 jenis protein dan nutrisi penting lainnya seperti potasium,
kalsium, fosfor dan seng. Protein alami yang terdapat pada putih telur ini juga
baik dalam menghasilkan asam amino untuk pembentukan otot.
Putih
telur menghasilkan protein yang langsung bisa diserap oleh tubuh
Makanan
lain yang mengandung protein seperti daging-dagingan atau minuman berprotein
harus dipecah dulu oleh tubuh sebelum dapat diserap. Proses yang lama ini
menyebabkan tubuh hanya bisa menerima 1/3 saja dari protein asli. Sementara
dengan putih telur, protein langsung diserap oleh tubuh 100%.
Sarapan
putih telur untuk mengurangi berat badan
Mengonsumsi
putih telur di pagi hari memberikan tenaga bagi tubuh untuk membakar lemak dan
kalori sambil membentuk otot. Sebuah penelitian di Pennington Biomedical
Research Center membuktikan bahwa mereka yang mengonsumsi dua putih telur
setiap pagi, berat badannya berkurang hingga 65% dan merasa lebih berenergi,
daripada mereka yang hanya mengonsumsi roti biasa.
MENILIK CITA RASA PACARAN (BENARKAH PACARAN ITU BURUK ???)
MENILIK CITA RASA PACARAN (BENARKAH PACARAN ITU BURUK ???)
Apabila kita membahas “pacaran”, seyogianya kita buat terlebih
dahulu pemahaman/batasan yg sama mengenai istilah “pacaran” tsb. Bagi sebagian
orang, masa-masa dipupuknya jalinan kontak komunikasi pribadi (lewat
tilpon/sms) ditambah beberapa pertemuan kekeluargaan sebelum menginjak ke
perkawinan (tanpa dibumbui kontak fisik), adalah pacaran.
Ya, saya setuju. Definisi pacaran sudah sering saya kemukakan
sejak awal, sejak mulai mengangkat tema pacaran dalam Islam. Saya menerima
definisi menurut pengertian yang dibakukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu bercintaan
dengan kekasih-tetap. Secara harfiah, “kekasih-tetap” itu bukan hanya dalam
pranikah, melainkan juga suami atau istri. Namun kemudian, saya juga menerima
definisi “pacaran” menurut makna aslinya (secara etimologis), yaitu “persiapan
sebelum menikah“.
Istilah pacaran berasal dari kata “pacar” yang mendapat imbuhan
“-an”. Kata “pacar” berasal dari bahasa Kawi (Jawa Kuno). Artinya:
“calon pengantin”. Kata ini kemudian mendapat akhiran “-an” yang bermakna
kegiatan. Jadi, pacaran adalah aktivitas
persiapan menikah
Definisi teologis pacaran adalah “berpacaran
adalah untuk saling mengenal satu sama lain, agar ketika memasuki gerbang
kehidupan rumah tangga dapat menghadapi masalah yang ada bersama-sama“.
Definisi teleologis (berfokus pada tujuan) ini tidak bertentangan dengan
definisi “baku” atau pun definisi “asli” tersebut di atas.
Sementara mayoritas masyarakat sekarang cenderung memahami
“pacaran” sebagai hubungan spesial yg dibumbui dengan jalinan rasa dan kontak
fisik yg tingkat acceptance/permisive-nya suka-suka, ada yg bisa menerima
hingga level cipika-cipiki dan mencibir; ada yang menerima ci-ci pass foto
alias sebatas wajah hingga dada; ada pula yg memandang wajar dan merasa berhak
untuk mencoba secara keseluruhan konon kabarnya supaya tidak seperti “membeli
kucing dalam karung”.
Mayoritas masyarakat cenderung begitu? Masyarakat yang mana?
Jangan-jangan, itu hanyalah mitos keliru yang sering dihembuskan oleh media
massa, sehingga seolah-olah merupakan fakta, padahal dusta.
Gimana kalo pacarannya ditujukan untuk having fun, ikut-ikutan teman, biar keren,
biar gaul, tanpa ada niatan sama sekali untuk menikah?
Yach, kalo gitu sih pacarannya menyimpang dari pengertian yang sesungguhnya.
Coba deh, kita bandingin ama shalat. Menurut tuntunan aslinya, tujuan shalat
adalah mengingat Allah. (Lihat QS Thaahaa [20]: 14.) Gimana kalo shalatnya
ditujukan untuk sok alim, tanpa ada niatan sama sekali untuk
mengingat Allah. Kalo gini sih shalatnya menyimpang dari pengertian yang
sesungguhnya.
Begitu pula kalo pacarannya disertai dengan “mendekati zina”,
seperti ciuman. Ini pun tergolong menyimpang. Sebab, pacar itu ‘kan baru
sebatas calon pengantin.
(Sekali lagi, ingatlah arti kata “pacar” dalam pengertian aslinya.) Nanti kalau
sudah jadi pengantin, maksudku sudah terjadi akad nikah antara kedua pihak,
baru deh kita boleh ciuman sepuas-puasnya.
Terus, apakah pacaran tanpa mendekati zina itu bukannya sekadar dalih untuk membela diri?
Yeeii…. Mau mengikuti jalan yang islami kok dibilang dalih. Enak
aja! Mestinya kita dukung, dong! Jangan malah memelihara prasangka buruk! Apa
nggak takut dosa lantaran prasangka buruk? Nggak lucu deh bila kita hendak
mencegah orang lain berbuat dosa (dengan mendekati zina) tapi diri kita sendiri
malah mengundang dosa (dengan menyebarluaskan prasangka buruk). Ironis gitu
loh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar